Extra Bab

209K 8.2K 300
                                    

Aku masuk ke dalam kamar yang dihiasi dengan bunga bersama Shila yang mendorong kursi rodaku di belakang. Hari ini, hari pernikahannya yang kurang dari satu jam lagi akan dilangsungkan. "Del"

Adela menatap tajam terlihat dari pantulan cermin. Hanya ada dia dan penata rias seorang wanita yang ada di kamar. Seharian mama hanya di dalam kamarnya dan ga ingin keluar. Tante dan saudara sepupuku ga ada yang mau menemaninya.

"Ngapain lo di sini? Sudah puas lo liat gue kayak sekarang?!"

"Aku hanya ingin menemani kamu di sini" aku memaklumi sikapnya yang marah padaku.

"ga perlu! Mending lo keluar sekarang sekalian bawa pembokat lo yang menyebalkan itu!" Ia membalikkan badannya menatap Shila tajam. "Lo liat aja gue bakal balas apa yang udah lo lakuin ke gue!" ancamnya menatap Shila dengan aura permusuhan.

"Kalau kamu bisa" balas Shila dengan dingin.

Sepertinya ada masalah antara Dela dengan Shila yang ga aku tau. Aku tau Dela selalu bertengkar sejak pertama bertemu. Tetapi ini beda. Dela benar-benar membenci Shila seperti ia membenci musuh-musuhnya dulu.

Adela tertawa lalu menatap Shila dengan sinis. "Gue ga tau apa hubungan lo sama Dareen. Tapi dari cara lo liat dia, menikah dengan Dareen bukan hal yang buruk" ia tersenyum penuh kesenangan.

Dari pantulan kaca aku dapat melihat Shila terdiam menatap Dela tajam. Lalu tatapannya jatuh padaku dan ia merubah raut wajahnya kembali tenang.

"Selamat atas pernikahan anda" ucap Shila dengan nada dingin dan menaikkan dagunya.

Sebenarnya ada apa dengan mereka? Adela bilang kalau Shila melakukan sesuatu padanya dan Shila punya hubungan dengan Dareen. Dari arah bicara Dela jelas Shila dan Dareen pernah memiliki hubungan khusus.

"Lo bisa tinggal di sini. Dan perhatiin apa make up gue bagus atau engga" perkataan Del sudah biasa bagiku tapi penata riasnya terlihat tersinggung dengan perkataannya.

Benar-benar masih belum berubah. Aku meminta maaf dengan penata rias Dela sedangkan Dela selalu menatap wajahnya di cermin.

Wajahnya kembali di rias dengan warna peach pink yang Dela pilih sendiri. Menunggu di kamar sebenarnya membosankan. Dela lebih banyak mengatur dan protes dengan merek make up yang dimiliki periasnya. Bahkan banyak mengkritik. Kadang terlalu menor, kadang terlalu pucat.

"kalau anda memang lebih handal, lebih baik anda sendiri yang merias!" Aku mencoba menahan wanita itu agar ga jadi pergi. Tetapi wanita itu tetap mengumpulkan alat make upnya dan tanpa sungkan menatap marah Dela sebelum ia pergi.

"Kamu apa-apaan sih? Terus gimana sekarang? Make up kamu belum selesai"

"Ya gampang lah. Gue bisa make up sendiri. Lagian tu orang emang ga becus. Alat make upnya juga keras ga cocok ama kulit gue yang sensitive" ucap Dela sambil menghapus riasan di wajahnya.

"Eh, kenapa kamu hapus? Del, acaranya bentar lagi!"

Gregetan rasanya ngeliat Dela yang dengan tenang menghapus riasan sampai bersih seakan ga mendengar perkataanku. Lalu ia membalikkan badannya menghadapku.

"tenang aja. Ini harinya gue jadi terserah gue mau 2 jam lagi 3 jam atau sampai 10 jam mau make upan, mereka ga bakal bisa berbuat apa-apa. Lagian, emang si Dareen bisa nikah sendiri tanpa gue?"

Walau yang dia ucapkan memang benar tapi kesal juga mendengarnya. Hah.. sabar Dre. Demi saudari kamu.

"Eh, pembokat! Ambil alat make up gue di rak make up di walkin closet!" perintah Dela pada Shila yang membuat aku kesal ga bisa menahannya lagi.

AdreanaWhere stories live. Discover now