Bab XV

141K 7.3K 121
                                    

Rafael's POV (2)

Ia berbeda. Sikapnya yang lemah lembut perlahan berubah dengan adanya saudarinya. Aku dapat melihat cemburu dimatanya saat Adela mencoba merayuku.

Kesal padaku saat aku bersikap baik pada Adela. Apalagi saat aku memberikan gaun-gaun miliknya ke Adela. Padahal aku melakukan hal itu karena tidak ingin ia memakai bekas tubuh Adela.

Meski sangat disayangkan memberikan gaun merah maroon yang dengan lancang Adela pakai. Padahal aku suka kalau gaun itu dipakai istriku. Gaun itu tidak cocok ditubuhnya yang kurus. Lebih seksi istriku yang memakainya.

Aku meyakinkannya dengan memperbaharui sumpah pernikahan kami dan membelikannya cincin yang sudah kupesan sebelum kami bulan madu. Mengganti cincin yang kupilih untuk saudarinya yang melingkar di jarinya selama ini.

Cincin yang sekarang melingkar di jari kami, cincin pernikahan yang seharusnya terpasang dijari kami sejak awal menikah dengan ukiran nama kami agar ia tau bahwa aku mencintainya. Meski begitu, ia masih tetap takut kehilanganku tetapi tidak berani mengatakannya. Membuatku semakin terus melaksanakan rencanaku.

Hal yang kulakukan selanjutnya agar membuatnya cemburu, aku menyetujui jika Adela tinggal bersama kami. Bukan hanya itu saja, aku membawakan koper Adela sampai ke kamar. Sengaja menunggu ia meminta tolong padaku mengangkat miliknya. Tapi, ia malah membawanya sendiri dan tidur kembali ke kamarnya.

Rencanaku sepertinya gagal. Bukannya hubungan kami membaik malah semakin menjauh. Ku akui berbicara dengan Adela sangat menyenangkan. Ia sangat cerdas. Tapi yang kumau hanya istriku yang cemburu, yang berani mengatakannya terang-terangan.

Bukan itu saja, karena rencanaku, Adela malah merasa aku menyukainya. Ia bahkan terang-terangaan menggodaku sampai titik kesabaranku habis.

Ia memakai gaun seksi memperlihatkan belahan dada dan pahanya masuk ke ruang kerjaku di saat istriku berbelanja bulanan. Menggodaku menyentuhnya. Membuatku jijik dengan kelakuannya.

"Jangan pernah lagi menggodaku dengan pakaian yang menjijikan ini! aku suami adikmu!" ancamku yang ingin sekali saat itu juga menyeretnya keluar dari rumah ini jika tidak memandang ia saudari istriku.

"Kupikir kamu menyukaiku" ucapnya yang terkejut dengan sikap kasarku.

Aku mendengus mendengar ucapannya. "Aku suka kamu? Aku hanya menyukai istriku, Adre"

"Dengar baik-baik, selama ini aku sengaja dekat denganmu agar istriku cemburu" Dia harus tau rencanaku hanya untuk memanasi istriku bukan benar-benar suka padanya.

Ia terdiam dan dapat kurasakan kemarahan dalam dirinya. "Jika aku yang menjadi istrimu, apa kamu akan menyukaiku?"

Hah! Berani sekali ia mengatakan hal itu! "Apa kamu menyesal sudah pernah menolakku? Kabur sehari sebelum pernikahan kita?" sindirku membuatnya malu.

"Iya, aku menyesal. Seharusnya aku menikahimu" wanita ini ga pernah mengenal malu dan terlalu percaya diri! "Seharusnya aku bersamamu"

"Tapi kamu pergi dengan kekasihmu kan? Kamu sengaja setuju menikah denganku karena ingin membuat kekasihmu cemburu"

ya, aku mengetahuinya dengan menyuruh orang mencari informasi dari 2 temannya yang menyebalkan di pesta pernikahanku.

"Itu ga benar" meski suaranya meyakinkan tapi dari tatapan matanya aku tau ia berbohong.

Aku berdiri dari balik meja mendekatinya. "Aku tidak menyesal kita tidak menikah. Aku akan menyesal jika itu terjadi" aku menatapnya dengan penuh kebencian. Membuatnya mundur menjauhiku.

AdreanaМесто, где живут истории. Откройте их для себя