Final Bab

171K 7.6K 153
                                    

Kami masuk ke dalam kamar yang dibukakan oleh papa yang lebih dulu masuk dari kami. Menatap pundak mama naik turun membelakangi kami. Suara isakannya selalu saja membuatku merasa sedih.

"Kalian duduk dulu" Rafael menurunkanku hati-hati di atas sofa disebarang tempat tidur. Lalu duduk di sisiku.

"Ma" panggil papa mendekati mama yang duduk di atas tempat tidur masih membelakangi kami. "Kita perlu bicara pada Adre dan Rafael"

Punggungnya menegang begitu mendengar ucapan papa. "Bicara apa? Aku tidak ingin bicara sekarang!" Ucap mama ketus meski suaranya bergetar.

"Kamu harus minta maaf dengan Adre dan Rafael" ucap papa tegas tanpa peduli dengan mama yang membalikkan badannya menghadap kami dengan tatapan tajam. Terlihat air matanya mengalir diusap dengan kasar.

"Aku minta maaf! Puas?!"

"Ma!" bentak papa yang sudah ke berapa kali hari ini. "Apa-apaan sikapmu itu!"

"Kenapa?! Aku sudah minta maaf!"

"Tapi bukan seperti itu!"

"Seperti apa?! Aku hanya ingin sendiri menenangkan diri kenapa kamu malah membawa mereka kemari dan meminta maaf pada mereka! Jadi jangan salahkan aku jika bersikap kasar!"

Perkataan mama sangat kasar. Bagiku itu sudah biasa tetapi Rafael, ia ga pernah diperlakukan seperti itu. Pasti ia akan marah besar.

Ternyata benar pikiranku. Saat aku mendongkak menatapnya, rahangnya mengatup. Menahan marah akan sikap mama.

"Lebih baik kami pergi. Adre kecapean hari ini" Ucap Rafael dengan nada dingin. Bangkit berdiri dari sofa.

"Tunggu. Duduklah" papa memegang pundak Rafael agar kembali duduk.

"Apa ini caramu meminta maaf setelah menyadari kesalahan yang sudah kamu lakukan?" tanya papa kembali menghadap mama.

"Meski kamu ingin sendirian sekarang tapi mau sampai kapan? Aku tidak ingin kamu selalu menghindar dari masalah"

"Kenapa kamu tidak mengerti aku?! Aku sudah bilang aku ingin sendiri!" Bentak mama. "Aku ingin kita cerai!"

"a,apa?" papa terkejut mendengar ucapan mama. Bahkan aku dan Rafael pun sama terkejutnya. "apa maksud kamu?"

"Mama, lebih baik mama pikirkan lagi" aku berusaha membujuk mama.

"Ga. Keputusan mama sudah bulat! Kamu sudah berapa kali mengancamku hari ini. membentakku dan tidak menghargaiku sebagai istri"

"Bukannya kamu selama ini merasa tidak menghargaiku sebagai seorang suami?" balas papa dengan nada tajam membuat mama ga bisa berkata apa-apa.

"Tidak mengerti kamu?" Papa menatap mama dengan dingin. Sangat berbeda dari biasanya.

"Apa aku tidak cukup mengerti kamu dengan mengalah akan semua ego dan permintaanmu? Bahkan dengan anakku sendiri aku menahan kasih sayangku. Membuatku menutup mata semua perbuatan kalian padanya. Menahan diri meraih dan merawatnya jika dia sakit! Memeluknya saat ia senang, saat ia sedih!"

Aku baru tau kalau papa selama ini sangat menyayangiku. Menahan diri berada di sisiku. Aku hanya diam ga bisa berkata apa-apa. Ga berani ikut campur dengan urusan mereka.

"Aku bahkan tidak bisa memelukknya saat ia menikah. Memberikan nasehat yang pantas diberikan orangtua pada anaknya. Ingin setiap hari menelpon menanyakan kabarnya!"

"kenapa tidak kamu lakukan?!" bentak mama yang akhirnya berbicara.

"karena aku begitu bodoh mencintaimu. Terlalu mencintaimu. Tidak ingin membuatmu marah dan terganggu dengan apa yang akan kulakukan. Membuatmu merasa tidak adil"

AdreanaWhere stories live. Discover now