Bab XIV

138K 7.3K 56
                                    

Finally, sampaikeRafael'sPOV. SemogabanyakyangsukasamaRafael. Kasiandibullymulu. 3 Bab khusus buat POVnya Rafael. Yang nunggu cerita Adreana harap sabar dulu ya..

Bab ini ada konten dewasanya yang dibawah usia 18 tahun harap maklumi.

Makasih sudah membaca, Vote dan komennya. Selamat membaca~

★***********************************************★

Rafael's POV

"Apa maksudnya calon istriku kabur?!" Aku meremas kotak cincin pernikahan yang khusus aku pesan saat masih di London.

"Kami masih menyelidikinya, tuan" jawab suara di seberang yang aku yakin ia segan memberitahu bahwa tentu saja gadis itu kabur karena tidak ingin menikah denganku! Bahkan di saat pernikahan kami yang akan berlangsung besok!

"Papi dan mami dimana sekarang?" tanyaku mengusap keningku.

"Sekarang tuan dan nyonya besar ada di rumah tuan Anderson"

"Bilang ke mami aku akan kesana" perintahku sebelum mengakhiri percakapan. "Ke rumah keluarga Anderson" perintahku pada sopir yang menjemputku di bandara.

"Baik tuan"

Sial! Apa begini sambutan ku dapat baru sampai ke Indonesia setelah sekian tahun aku kerja di luar mengurus perusahaan papi? Ku pikir dengan menikah atas perjodohan yang mami minta, semua akan berjalan dengan lancar. Aku ga peduli dengan calon istriku asal mami setuju maka akan kunikahi.

Tapi ini semua bukan karena aku 'anak mami', ini karena aku sibuk kerja. Sangat mudah bagiku mendapatkan wanita cantik, seksi bahkan lima sekaligus. Mau itu wanita biasa atau model papan atas.

Berhubungan serius yang menjadi masalah utamaku. Wanita yang menjadi kekasihku tidak pernah bertahan lama. Mereka tidak tahan dengan sikapku yang berubah-ubah. Bahkan aku juga tidak bisa mengungkapkan isi hatiku dengan mudah seperti orang lain.

Desakan mami yang ingin agar aku menikah bahkan sudah menyiapkan calonnya membuatku setuju. Toh, aku memang tidak berniat menikah jika mami tidak mendesakku.

Tatapan khawatir serta bisikan dari keluargaku dan keluarga Anderson menyambutku begitu sampai di rumah calon mertuaku.

"Rafael" Mami memelukku lalu menggenggam tanganku agar duduk di dekatnya. Wajah mami terlihat marah. Baru kali ini aku lihat mami sampai semarah ini meski ia memasang wajah dingin.

Pria seumur papi duduk dengan wajah muram. "Maafkan kami, nak Rafael. Kami tidak harus berkata apa"

"sekarang apa yang harus kita lakukan? Saya malu jika pernikahan ini batal" mami lepas kontrol tidak seperti biasa.

"Pernikahan ini tidak akan batal" wanita yang ku perkirakan maminya Adela datang lalu duduk di sebelah pak Randy. Masih terlihat matanya sembab sehabis menangis.

"Tadi putri saya menelpon saudarinya kalau dia baik-baik saja. Nanti saya akan bujuk dia pulang. Dan pernikahan ini tetap dilangsungkan"

Jika aku ga memandang mami, sudah pasti akan kubatalkan pernikahan ini. Aku tidak peduli mau dia ditemukan, dibujuk sekalipun, aku tidak akan menikah dengan orang yang ga bertanggung jawab apalagi menjadi istriku!

Tatapanku terhenti menatap wanita yang datang dan duduk disebelah laki-laki, mungkin saudaranya. Bukannya dia Adela? Mata kami saling bertatapan. Aku meneliti wajahnya. Beda. Wajahnya lebih berisi bukan tirus. Matanya juga lebih besar dari wanita yang ada di foto.

Tak dapat dipungkiri ia juga menatapku dengan tatapan terpesona. Seakan sadar, ia lebih dulu memutuskan kontak mata kami. Dasar wanita sama saja! Apa dia tidak memikirkan bahwa aku calon kakak iparnya. Bukan! Aku bukan calon kakak iparnya!

AdreanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang