KL || 18

647 97 65
                                    

•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tangisan Alice masih sama kerasnya seperti kemarin, tidak ada jeda sama sekali. Mata sembap dan penampilan berantakan sudah tidak dihiraukannya lagi. Di sebelahnya berdiri sosok Lino yang sejak tadi menenangkannya.

Pemakaman Yuna sudah dilangsungkan sekitar sepuluh menit lalu, tetapi hingga kini Alice belum mau beranjak dari sana. Para pelayat bahkan sudah meninggalkan pemakaman, hingga hanya tersisa Lino, Alice, Abin, dan Sheera.

Lino sudah berkali-kali mengajak Alice pulang, tetapi gadis itu hanya menjawab dengan gelengan.

“Lice, pulang yuk. Besok kita kesini lagi.” Lino kembali melancarkan aksinya untuk membujuk Alice.

Alice menghusap air matanya, kemudian berdiri dan menatap Lino. “Janji ya Kak, besok kesini lagi?”

Lino mengangguk sembari mengusap lembut kepala Alice. “Iya janji. Tapi kita pulang dulu, dan kamu juga jangan nangis lagi, ya?”

“Iya Kak.”

Dengan berat hati, Alice mulai melangkahkan kaki meninggalkan tempat peristirahatan terakhir mama tersayangnya. Perempuan tangguh itu baru saja dikebumikan setelah ditemukan satu hari sesudah pesawat yang ia tumpangi kecelakaan.

Alice masih tidak bisa merelakan kepergian mamanya,apalagi Ia tidak bisa melihat wajah mamanya untuk terakhir kalinya. Jasad Yuna ditemukan dalam keadaan yang hancur dan terpisah menjadi beberapa bagian. Awalnya Alice berharap mamanya ditemukan masih bernyawa, tetapi Tuhan berkata lain.

****

Suasana rumah Alice ramai oleh para pelayat yang terus berdatangan untuk mengucapkan bela sungkawa.  Banyak juga teman sekolah Alice yang turut hadir disana, termasuk Chris.

“Alice, saya turut berduka cita. Yang tabah ya,” ucapnya menepuk-nepuk pundak Alice.

Alice hanya tersenyum pahit ke arah Chris, bagaimanapun Alice masih mengingat kejadian dua hari lalu. Ia tak mau kejadian yang sama terulang lagi, apalagi saat ini Lino berdiri tepat disebelahnya.

“Lino jangan lupa kasih semangat yang banyak ke Alice ya,” seru Chris.

Yang di ajak bicara menatapnya dengan sinis. “Pasti.”

“Oke. Saya pamit dulu.” Chris segera berlalu meninggalkan mereka.

“Kak, masalah kemarin ....”

“Lupain aja Alice, aku udah nggak mau bahas itu lagi. Yang aku mau sekarang kamu jangan nangis lagi, ya? Ikhlasin mama Yuna, biarkan ia tenang disana. Kamu boleh doain  mama tiap saat, tapi jangan menangis terus-terusan. Mama nggak bakal senang, kamu tahu itu ‘kan?”

Kak Lino || Lee Know✔Where stories live. Discover now