KL || 25

1K 105 104
                                    

••••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Kaki jenjang itu terlihat begitu lincah berlari di antara lorong-lorong rumah sakit, sama sekali tidak memperdulikan keadaan disekitar yang merasa terganggu dengan suara yang tercipta dari sepatunya yang beradu dengan lantai.

Seorang lelaki terlihat menyusul di belakangnya sembari berteriak memanggil namanya.

Ah, penghuni rumah sakit sampai terpangah melihat adegan dramatis itu. Haruskah mereka bertengkar sampai kejar-kejaran di rumah sakit? Huftt, sungguh pasangan yang rumit.

Tapi, apa yang mereka pikirkan ternyata salah besar. Manakala mereka menyaksikan sendiri bagaimana sang pemeran wanita berhenti dan menangis tepat di depan ruang rawat yang selama ini di huni pria koma lebih dari satu tahun.

Wanita yang 'tak lain adalah Alice itu duduk merengkuh di depan pintu. Tangisnya sudah pecah bahkan sebelum ia menatap ruangan dihadapannya kini.

Umin datang menghampirinya dengan nafas tersengal-sengal. Ia mengatur nafasnya terlebih dahulu, kemudian menarik tangan Alice untuk mengajaknya berdiri.

Alice menurut, ketika Umin mengajaknya untuk duduk di kursi tunggu. Tangannya bergerak mengelus pundak Alice, wanita yang hampir satu tahun menemani hari-harinya itu.

"Kamu kenapa nangis?" tanya Umin sembari mengelus lembut kepala Alice yang bersender di bahunya.

"Kak Lino ...." Ia tidak melanjutkan ucapannya, karena sungguh merasa tidak sanggup untuk mengatakannya lagi.

"Kenapa? Padahal aku bawa kamu ke sini tadi karena ada berita bagus."

Tangis Alice berhenti, kemudian perlahan bergerak mengangkat kepalanya. "Berita bagus?"

Umin mengangguk. "Lino udah sadar."

Mata Alice membelalak 'tak percaya. Kemudian terkekeh dengan air mata yang kembali menetes. "Nggak usah bercanda, Min! Aku tahu kamu lagi berusaha buat bikin aku nggak nangis lagi 'kan. Sebenarnya kamu kenapa? Apa salah aku sedih kayak gini?"

"Kamu yang sebenarnya kenapa? Kamu aneh tau nggak!"

"Aneh kamu bilang? Harusnya kalimat itu tertuju ke kamu. Apa aneh aku nangisin pacar aku sendiri?"

"Kamu kenapa sih, Lice? Sejak turun dari mobil kok jadi nggak jelas gini?"

"Umin please ... ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda!"

"Aku nggak bercanda, aku serius! Lino memang udah sadar."

"Aku benar-benar heran sama kamu, Min!" Alice berlari meninggalkan Umin yang sedang di penuhi dengan banyak pertanyaan di otaknya.

Alice kenapa?

****

Alice mendudukkan bokongnya di kursi taman rumah sakit. Air matanya masih terus membanjiri pipi. Ia masih tidak menyangka kisahnya dengan Lino akan berakhir sampai disini. Menurutnya ini bukanlah ending yang mengesankan.

Kak Lino || Lee Know✔Where stories live. Discover now