Chapter - O3

179 82 177
                                    

❝Kata-kata saya terbang ke atas, pikiran saya tetap berada di bawah: kata-kata tanpa pikiran tidak pernah pergi ke surga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Kata-kata saya terbang ke atas, pikiran saya tetap berada di bawah: kata-kata tanpa pikiran tidak pernah pergi ke surga.❞
- pujangga dari Avon
✧'.───────────────

Tarazayn Airlangga Husein
────────────
Saat itu aku menggenggam tangan Bibi Lia. Menyusuri gedung mewah berhiaskan tenda putih serta bunga berwarna-warni. Berniat mencari seorang gadis yang sama sekali tak menampakkan batang hidungnya.

Ada dua spekulasi yang aku jadikan sebagai sebab-musabab; gedung yang terlalu ramai oleh tamu undangan dan/ atau suasana hatinya yang masih terluka. Gundukan tanah yang menimbun wanita itu saja belum sepenuhnya kering. Wajar saja ini baru lima bulan dari wafatnya Alexa.

"Jangan bilang dia gak datang," ucapku pada bibi. Wanita bertubuh gempal yang telah kuanggap sebagai ibuku, membuang napas berat. Mungkin dia juga berpikir demikian.

"Kita susul ke rumahnya, mau?" usul Bibi Lia. Aku mengangguk saja sebagai jawaban. Ayolah, aku pun merindukan Feyfa. Dia menghilang setelah kejadian itu. Tak ada lagi tawa riang yang memekakkan telinga. Gadis yang setiap harinya selalu meminta lolipop padaku, kini sudah sirna entah kemana.

Nihil. Gerbang putih menjulang tinggi ini pun seolah tak menunjukkan eksistensi Feyfa. Tidak ada petugas keamanan atau para pelayan. Hanya terparkir beberapa mobil Lamborghini metalik di dalamnya.

"Fey!" seruku. Dia terlihat begitu sibuk. Membolak-balikkan halaman buku sejarah Indonesia diselingi menulis beberapa hal yang dianggap penting.

"Lo serius gak kenal gue?" kini aku mendekatkan bibirku ke telinganya. Taruhan, tubuhnya pasti meremang akibat hembusan gas CO2 yang keluar dari mulutku. Ayolah, Feyfa mudah sekali merasa geli.

Gadis ini menutup bukunya kasar. Bolpoin yang tengah digenggamnya, ia simpan sambil menggebrak meja. "Jangan menggangguku dan selesaikan pekerjaanmu!"

Aku melempar tatapan pada semua sahabatku yang juga memasang raut bingung. "A–anu lho, Fey. Tugas kita apaan, ya?"

"Apa maksudmu?"

"Gini, ya, Nadara yang cantik jelita, baik hati, tidak sombong, rajin menabung, dan kesayangannya Zayn—" aku membulatkan mata terhadap Jay. Sementara ia hanya mengangkat bahunya tak acuh.

"Semua tugas udah lo kerjain, sayang. Lo sendiri yang bilang, biar aku saja yang mengerjakannya. Percuma, kalian hanya bisa mencapai poin B, terus sekarang tiba-tiba lo nyuruh kita ngerjain? Mau ngerjain apa, hmm? Mau gue diktekan?"

"I–itu kesalahanmu! Mengapa sedari awal kau tidak berusaha membujukku supaya memberikanmu tugas?! Aku tahu ini taktik licik agar hanya aku yang mengerjakannya."

Best Part [ COMPLETED ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang