Chapter - 2O

72 19 1
                                    

Nadara Rafeyfa Azzura Dirgantara ──────────────── Akibat kekacauan kemarin, dimana Zayn tiba-tiba saja ambruk hingga tak sadarkan diri, aku jadi terlupa akan kasus yang menyandung nama baik keluarga Imelda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nadara Rafeyfa Azzura Dirgantara
────────────────
Akibat kekacauan kemarin, dimana Zayn tiba-tiba saja ambruk hingga tak sadarkan diri, aku jadi terlupa akan kasus yang menyandung nama baik keluarga Imelda. Padahal aku sudah berjanji akan membantunya dengan berbicara pada daddy untuk mengerahkan pengacara terbaik. Hmm ... lebih baik aku segera menemui gadis itu untuk meminta maaf. Sepertinya aku tidak bisa menepati janji, mengingat Zayn yang lebih membutuhkan perhatian dariku.

Baru saja aku berniat menemui Imelda di dalam kelas, seorang gadis memanggilku dari arah belakang. Ketika aku membalikkan badan, dia melambaikan tangan disertai cengiran khasnya.

"Kebetulan sekali, ada yang ingin aku bicarakan," ucapku selepas Imelda berdiri tepat di hadapan.

"Oh, aku juga mau ngasih tau sesuatu sama kamu. Tapi umm ... kamu dulu aja deh, yang bicara." dia tersenyum hingga mengakibatkan matanya menyipit.

Dalam artian sesungguhnya, aku menggigit jari. "Umm ... perihal kasus korupsi itu ... umm ... maaf, kurasa aku tidak bisa menepatinya. Aku sangat menyesal, tapi tidak ada pilihan lain. Kuharap kau mengerti karena saat ini aku hanya ingin memikirkan Zayn."

"Oh, aku juga mau ngomongin ini. Hmm ... sebenarnya ... ahaha Sean udah turun tangan buat urus kasus itu. Kemarin sepulang dari rumah sakit, Sean datang ke rumah. Dia bilang siap bantu sama Mama Papa-ku. Jadi kamu gak usah khawatir, Nad. Setelah ini, kamu bisa fokus urusin Zayn, oke? Hehe, sebelumnya makasih banyak Nadara," jelas Imel panjang lebar. Aku hanya tersenyum ketika dia memelukku mengungkapkan kebahagiaannya.

"Tunggu, apa itu satu pertanda baik bagi hubungan kalian?" ujarku menerka-nerka. Seketika Imelda melepaskan pelukannya, beralih menatapku disertai senyuman lebar.

"Semoga!" pekiknya. Aku geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah konyol seorang Imelda Via dalam menyikapi hal tersebut. Dia terlihat begitu antusias tatkala mengkhayalkan apa yang diharapkannya terjadi. Hmm ... untuk alasan apa gadis ini begitu tergila-gila akan paripurna seorang Sean Birlem Falfey?

"Sudahi itu, Imel. Sean melihatmu disana," bisikku. Tak sedikit pun dia mengacuhkan perkataanku. Senyumannya justru kian merekah. Secepat kilat, Imelda meraih lenganku lalu menggiringku untuk segera berjalan memasuki kelas.

"Pagi ini, Sean jemput aku ke rumah! Gak kuat deh, kalau kayak gini. Aku meleleh aja ... ahahaha ...."

Apa aku tampak seperti Imelda saat berhadapan dengan Zayn? Hmm ... ini sedikit memalukan. Well, inilah efek samping dari sesuatu krusial yang orang-orang sebut dengan cinta.

Prok prok prok

"Keren! Si cupu temenan sama si introvert. Kalian cocok banget. Serasi! Mantap! Sial! Gue pingin ketawa," cibir Zoya menghalangi jalan kami. Gadis di sebelahnya itu—siapa lagi kalau bukan Giselle—memainkan rambutnya centil. Mereka menatap kami dengan rendah.

Best Part [ COMPLETED ] Where stories live. Discover now