Chapter - O7

106 54 83
                                    

Tarazayn Airlangga Husein ────────────Aku tidak akan menyerah untuk terus menggali informasi seputar Shakespeare

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tarazayn Airlangga Husein
────────────
Aku tidak akan menyerah untuk terus menggali informasi seputar Shakespeare. Walau aku tidak begitu tertarik ke dalam drama yang ia buat, tapi demi Feyfa aku rela mempertaruhkan setiap detik yang terbuang sia-sia. Well, aku hanya ingin membuatnya terkesan atas pengetahuanku dalam bidang Shakespeare.

"Umm ... gue cuma tau Romeo dan Juliet sama Hamlet. Itu juga baru tadi pagi hehe," ungkap 'ku tanpa sedikit pun berdusta. Jam istirahat kali ini, aku gunakan untuk menggali hal-hal kecil dari Imelda. Hmm ... rupanya para gadis begitu tergila-gila pada pujangga satu ini.

"Aduh gimana sih, Zayn? Masa' dari sekian banyak drama yang ditulis Shakespeare, kamu cuma tau dua aja?" decak Imelda. Merasa tak bersalah, aku menyeruput jus alpukat segar dengan santai. Taruhan, gadis ini dalam hatinya mulai mengumpat atas ulahku.

Sedikit informasi, sebelumnya aku sudah meminta izin pada Feyfa untuk pergi bersama Imel. Gadis kesayanganku itu lebih memilih untuk membaca setumpuk tumpahan tinta pada lembaran-lembaran kertas. Menghabiskan waktu dengan menyendiri dan kesunyian yang menyergap. Hmm ... Feyfa begitu menyukai situasi membosankan seperti itu.

Kau tahu? Walau kami tidak terikat hubungan spesial, tapi aku begitu mencemaskannya. Kuharap Feyfa tidak menilai niat baikku menjadi sesuatu yang buruk. Jujur saja, dia sedikit posesif.

Lain dengan Feyfa, lain pula dengan Jarsezasa. Kebiasaan Jay sebagai playboy membuatnya sibuk berkelana mencari target baru. Dimodali kedipan manja dari sebelah matanya, satu orang gadis sudah ia dapatkan. Terkesan mudah namun jika tidak biasa melakukannya tentu akan sulit.

Kupikir Sean, Bram, Rio, dan Satria sedang bermain futsal di bawah teriknya sang surya membakar kulit. Ditemani jeritan dari para penonton—yang lebih dominan gadis—keempatnya sesekali melakukan selebrasi kecil-kecilan. Hanya hal sepele, misalnya meneguk air mineral dalam botol. Tapi itu sukses membuat penonton menggila.  

Imelda, gadis itu mengeluarkan sebuah novel tebal dengan judul "Macbeth". Dia mengulas senyuman lebar. Terkesan begitu antusias.

"Tragedi Macbeth yang ditulis Shakespeare ini favorit aku, Zayn. Ceritanya menarik, kamu harus dengar sedikit bocoran supaya nanti bisa nyuri hatinya Nada."

Aku mengangguk semangat lantas menagih simpulan garis besar tentang cerita itu. "Ayo cepat ih. Gue penasaran, Mel," desakku.

Untuk sesaat Imelda terkekeh. "Atas dorongan dari istrinya dibantu kabar dari ketiga penyihir, Jenderal Skotlandia Macbeth membunuh raja. Dia berhasil menjadi raja baru, tapi hmm ... setelah itu dia malah semakin membunuh banyak orang karena paranoia. Gara-gara itu, perang saudara mulai meletus. Mereka pingin menggulingkan kekuasaan Macbeth, tapi justru semakin menimbulkan banyak kematian. Itu sebabnya cerita ini menarik perhatianku."

Untuk sesaat aku berpikir sebentar. Mencoba mencerna lalu dengan lancang menerka alur selanjutnya. "Oke, gue ngerti. Alurnya udah kebayang jelas. Thank you, ya, Imel. Gue pergi dulu, mau cari Feyfa, haha."

Best Part [ COMPLETED ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang