[4/28] Non Playable Character

24 8 0
                                    

Siapa aku? 

Sepertinya, mulanya aku adalah manusia. 

Sebelum membuka mata dan nyaris menghantam permukaan bumi dari pohon beringin karena tidak mengepakkan sayap–rasanya aku manusia. Walau kini ingatanku tentang kehidupan manusiaku yang lalu sudah menghilang, entah mengapa kuyakin diriku adalah manusia. 

Di mana aku? 

Setelah nyaris mati saat membuka mata, aku hidup sebagai burung pipit emas di sebuah hutan terpencil bersama hewan-hewan lain yang entah mengapa tidak pernah berani melukaiku. Aku hidup, terbang, dan makan selayaknya burung yang terprogram untuk berusaha hidup. 

Sayangnya, ketenangan itu tidak berlangsung lama sampai seminggu kemudian seorang pria dengan jaring besar mengejar-ngejarku–bahkan sampai rela memanjat pohon cemara tinggi yang kujadikan tempat berlindung dan mati terjatuh. 

Namun, ajaibnya tidak sampai dua hari, pria itu kembali lagi dan mengejarku dengan panah besar yang hampir mengenai sayapku, untung saya kali ini ia tidak memanjat dan dengan bodoh menembak-nembakkan panah  hingga bosan dan menghilang. 

Sebulan setelahnya, pria yang sama datang lagi, tapi kali ini, ia tidak mengejar atau melukaiku, ia hanya diam terduduk di bawah pohon beringin tempatku bersarang seraya menangis. Ia datang untuk menangis sampai matahari terbenam, lalu pergi dan datang lagi untuk esok paginya. 

Aku penasaran setelah seminggu ia melakukan hal itu berulang-ulang. Satu pagi, ia memberiku makanan berupa cacing segar dengan mata yang sembab. Mulutnya bergumam kecil dan balon obrolan melayang keluar. 

Aku tidak ingin membunuhmu, tapi jantungmu harus kumakan agar bisa menyelamatkan kota. Aku tidak bisa terus-terusan datang dan meratapi levelku yang tidak naik, tapi kau adalah NPC yang terlalu manis untuk kubunuh. 

Ah. Aku ada di sebuah permainan artifisial dan harus mati di tangan karakter pemain ini rupanya? Kasian. Dia terlalu lembut, sampai tidak mampu membunuh NPC, tapi terima kasih karena menghargai hidupku yang entah bagaimana terjebak di sini. 

Aku pun turun dan melahap santapan yang disediakan. Dia hanya menatapku makan seraya mengelus puncak kepalaku dengan lembut. "Kau manis pipit emas, seperti peliharaanku yang sudah mati. Bagaimana ya jika aku membelokkan alur permainan dan menjadikanmu peliharaanku saja?" 

Cip!

Aku berusaha mengiyakan permintaannya sebagai burung. 

"Ah, kau setuju denganku? Terima kasih." Rupanya sama dengan pria yang mati-matian mengejar dan melukaiku, sepertinya mereka memakai karakter yang sama, hanya saja pemainnya berbeda, dan kebetulan yang kali ini manis sekali. 

Cip! 

Aku terbang dan bertengger di bahunya sebagai bentuk apresisasi. Kami menatap matahari terbenam bersama di hari itu, dan seketika gelap datang, tiba-tiba aku berubah menjadi karakter manusia sepertinya, hanya saja aku jadi perempuan. 

"Terima kasih sudah menghargaiku dengan tulus, sekarang aku akan memberikan sedikit kemagisanku padamu, ya?" ujar mulutku tanpa di minta. 

Kemudian, pria itu pergi karena telah mampu naik level untuk menyelamatkan kota. Beberapa hari kemudian pria berpenampilan sama datang–tapi meski begitu pemain manis itu tidak pernah kembali. 

Dating with My MindWhere stories live. Discover now