[15/28] Iba Sekaleng Kopi

8 2 0
                                    

/Cerita dari 3 kata: Iba,  Kereta,  dan Kopi/

Gadis berambut panjang berantakan dengan setelan terusan hitam berdiri di tepi rel dengan tatapan kosong. Gadis pengunjung tetap stasiun sejak kecelakaan kereta dua minggu yang lalu. 

Saat kecelakaan itu terjadi, gadis itu juga sedang berdiri di sana, menunggu dengan tidak sabar, menanti kedatangan tunangannya yang akan segera pulang dari dinas luar kota. Sayangnya, tunangannya tidak berhasil tiba, kecelakaan itu merenggut nyawa sosok terkasih yang ditunggunya bersama puluhan penumpang lain yang masuk ke dalam berita.  

Penjelasan seperti itulah yang Ares dengar dari rekan kerja part time-nya di minimarket stasiun sebelum mereka berganti shift. Alhasil, kini kedua mata hitam milik Ares terpikat memandangi punggung perempuan itu setiap kali tidak ada pelanggan. Rasa iba dan takut membuat dirinya tak bisa acuh pada perempuan asing yang bahkan tidak sadar dipandangi.

Sudah berapa lama dia melamun di sana? Apa yang dirasakannya dari berjam-jam menatap rel dan kereta yang merenggut seseorang yang disayanginya?

Pertanyaan-pertanyaan demikian terus mengusik benak Ares, sampai waktunya stasiun tutup dan jam kerjanya berakhir, pertanyaan, rasa takut tetap di dalam dirinya. Seraya merapikan toko, Ares melihat perempuan itu mulai berjalan lambat keluar stasiun karena mendengar tiga kali pengumuman bahwa stasiun akan tutup. 

Ares tanpa sadar tergesa menyelesaikan pekerjaannya, mengambil satu bungkus roti yang kadarluasanya besok, juga satu kaleng kopi dan susu, lalu menutup tokonya dengan baik.

Sial apa yang aku lakukan, sih? batinnya seraya berlari mengejar perempuan asing tadi keluar stasiun.

Perempuan itu duduk di halte bus sebrang stasiun, menunggu bus terakhir yang seingat Ares akan tiba 5 menit lagi. Ares menghela napas panjang dan menghampiri perempuan itu dengan senatural mungkin. 

"A-anu. Aku pegawai minimarket tempat kamu berdiri tadi ..." Ares merutuki diri karena tidak tahu bagaimana harus memulai pembicaraannya. 

Kedua bola mata cokelat yang kosong dan nampak cekung itu menatapnya. 

"Ini ada makanan sisa––EH bukan. Maksudku, ini, aku itu–" Ares menghela napasnya, menenangkan rasa gugup yang tiba-tiba mengusiknya. "Kau sepertinya belum makan, 'kan." 

Ares akhirnya berhasil menyodorkan satu kantung belanja yang berisi makanan yang harus besok ia laporkan dan bayar. "Maaf, aku mendengar masalahmu dari orang lain, aku juga tidak tahu bagaimana persisnya rasa sakitmu, tapi–setidaknya aku ingin membantu sedikit. Jangan lupa di makan ya." 

Gadis itu mengambil dan melirik isi kantung yang diberikan oleh Ares. "Semuanya untukku?" 

"I-ya." Ares menggoreskan senyum canggung. "Maaf jika aku malah membuat tidak nyaman." Ia menggaruk belakang lehernya canggung. 

Gadis itu tersenyum tipis diantara raut wajah dan gelagatnya yang muram. Ia meraih sekaleng kopi yang berikan Ares dan menyodorkannya kembali. "Makasih. Aku janji akan membalas kebaikanmu." 

Setelah itu, gadis menaiki bus terakhir dan meninggalkan Ares yang menatap kaleng kopi yang dikembalikannya. 

Dating with My MindWhere stories live. Discover now