[5/28] Akhir dari sebuah Dongeng

16 7 0
                                    

/Drabble/

Nawangsih, bayi berusia satu bulan itu menangis keras dibalut cahaya bulan purnama. Jaka menimang-nimangnya seraya bergerak meletakkanya di keranjang yang diletakkannya di kebun belakang rumah, di samping padi yang sudah dibakarnya sepuluh menit lalu.

Jaka menghela napas berat. Ia bergerak meninggalkan putrinya dari belakang rumah. Ia bukannya jahat dan tidak khawatir pada putrinya, tapi instingnya merasa bahwa Nawang Wulan sudah mengamati mereka sejak tadi. Dadanya dihujamkan kenyataan dan juga penyesalan yang besar.

Jaka masuk ke dalam rumah dan terduduk di balik pintu belakang. Ia memejamkan matanya dan sayup mendengar senandung tipis hangat yang kini sedang menenangkan putrinya. Ada sedikit isakan yang sesekali terdengar diantara lantunan hangat seorang Ibu itu.

Jaka termenung dalam balutan semua suara tipis yang ia dengar. Seandainya saja ia tidak mencuri selendang Wulan, apa mereka akan tetap bisa bersaama? Seandainya saja ia mengaku dari awal bahwa ialah yang mengambil selendang itu karena tertarik, apakah mereka tetap bisa bersama? Seandainya ... ia sadar bahwa hubungan mereka tidak seharusnya dipaksakan ... maka tidak ada seorang anak yang harus kehilangan Ibunya.

Air mata mentes dari pipi Jaka. Ia menahan isakannya agar tidak sampai menghancurkan momen ibu-anak yang sedang terjaln di luar sana. Ia tidak ingin seperti orang yang tampak memohon pada Wulan untuk meminta maaf dengan air mata. Ia sudah menghancurkan hidup Wulan, mana pantas Jaka menangis dan meminta maaf untuk semuanya?

Suara tangis Nawangsih yang terdengar keras menyadarkan Jaka yang tanpa sadar terlelap. Jaka segera menghapus air matanya dan membuka pintu belakang. Nawangsih ada di sana, di atas keranjangnya dan telah diselimuti sebuah selendang yang bersinar remang yang tampak membuatnya hangat.

"Maafkan aku, Nawangsih." Jaka mengendong Nawangsih dan mengecupnya penuh kesedihan. "Maafkan aku," ujarnya sedikit gemetar menahan tangis yang nyaris tumpah lagi.

Sampai mati akan kubawa dosa dan penyesalan yang menyesakkan ini untukmu, Wulan.

Dating with My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang