[20/28] The Land of Dream and Crows

5 2 0
                                    

Ada sajak kuno yang pernah Silvia baca tentang gagak di perkamen tua milik neneknya yang suka membual bahwa ia pernah berteman akrab dengan penyihir. Tapi mungkin saja itu bukan bualan, pasalnya, neneknya menghabiskan hidupnya bekerja sebagai paranormal, jadi mungkin saja 'kan?

Silvia menghirup napasnya gugup. Dihadapannya ada kandang burung dengan seekor gagak yang menatapnya dengan polos. Silvia ingin mempercayai neneknya, kali ini saja. Ia ingin percaya pada perkamen tua yang diwariskan neneknya sejak meninggal tiga bulan lalu.

"Wahai burung gagak agung, bisakah aku bermain ke kediamanmu?" Silvia merapalkan mantra itu dan mengulangnya tujuh kali, sebelum ia melepaskan gagak itu untuk terbang bebas dari balkonnya.

Dipandanginya gagak itu yang terbang bebas dibawah cahaya purnama. "Aku mau percaya dan percaya pada keagungan, kabulkanlah harapanku," ujarnya menyelesaikan mantra.

Setelahnya Silvia pergi tidur dan berharap sajak kuno dan neneknya tidak membual. Dipejamkannya mata Silvia untuk terlelap, kegelapan kosong menjadi temannya untuk beberapa saat, sampai kemudian bulu burung gagak mulai muncul dari ketiadaan bersamaan dengan suara bising sekawanan gagak tidak berwujud. Suara bising yang membuat Silvia menutup telinganya sampai terhuyung karena pusing.

"Selamat datang," ujar seorang mahluk menyerupai manusia dengan mantel hitam dengan kepala gagak. "Wahai Manusia."

Seketika suara itu masuk ke telinga Silvia, bising yang membuatnya pusing pun menghilang. Silvia membungkuk sedikit sebagai balasan salam. "Terima kasih."

"Sudah lama tidak ada manusia yang tiba ke kediamanku. Menarik," ujar sosok itu seraya mendekati Silvia dan mengangkat dagunya agar kedua mata mereka bertatapan. "Apa yang kau inginkan Manusia?"

"Aku ingin bertemu Nenekku, Selena di desa kecil yang tentram," ujar Silvia seyakin mungkin. "Selamanya."

"Tunggu. Kau yakin ingin selamanya? Kau tahu apa bayarannya, Manusia?"

"Ya, saya tahu. Jiwa saya terjebak dalam ilusi tak terbatas sampai lenyap seluruhnya." Kedua mata Silvia harus menampakkan keyakinan saat mereka terus bertatapan seperti ini.

"Baiklah, sebagai upah, aku akan mengambil sepenuhnya tubuhmu, setuju?"

"Setuju."

Demikian perjanjian itu disimpulkan.

Dating with My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang