{ 01 }

958 104 34
                                    

- 13 years ago -

Seorang gadis mungil sedang berlari-lari kecil sambil memegang erat payungnya sesekali gadis itu melompat-lompat di kubangan air hujan sambil tertawa riang mengitari kuil yang sepi itu.

Hari semakin sore tapi gadis itu masih enggan beranjak pulang ke rumahnya, dia terlalu antusias untuk bermain hujan di kuil sepi itu.

"Ah!"

Gadis mungil itu sedikit berteriak karna terkejut melihat sesosok mahluk mengerikan tengah duduk bersandar di balik pohon belakang kuil, mahluk itu menoleh agaknya bukannya takut gadis itu malah penasaran dan mendekati monster tersebut.

"Siapa namamu? Kau ini apa? Kenapa disini sendiri? Kenapa kau tidak memakai payung dan jas hujan? Apa kau tidak takut demam?"Tanya gadis itu bertubi-tubi, monster itu menatap gadis mungil itu heran.

"Berapa umurmu?"

Gadis itu menatap monster itu bingung, pasalnya monster itu tidak menanyakan namanya terlebih dahulu melainkan malah menanyakan umurnya.

"Eum enam eh–"

Gadis itu menghitung umurnya menggunakan jemarinya, nampaknya dia masih belum hafal umurnya.

"Tujuh tahun!"Pekiknya riang begitu dia ingat namanya, monster itu kembali menatap gadis itu beberapa saat dan karna bingung akhirnya dengan polosnya gadis itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum lebar.

"Mau bersalaman?"

Dengan sedikit ragu-ragu monster itu mengulurkan tangannya yang bentuknya tentu saja sama seramnya dengan wajahnya tapi alih-alih takut, gadis itu justru terlihat antusias dengan bentuk tangan monster itu yang terlihat keren dimatanya.

"Hwaa keren - !"

Dahi monster itu berkerut heran dengan bocah ini.

"Keren?"

Bocah itu mengangguk kuat.

"Seperti di film-film superhero yang biasa ku tonton!"

Monster itu lagi-lagi terdiam beberapa saat lalu tersenyum misterius.

"Kau mau lihat yang lebih keren?"

"Hwaa, eum!"

Stab

Bruk

Sejenak cairan warna merah mulai mewarnai kubangan air dimana tubuh mungil itu ambruk.

✨🧡✨

Suasana agensi bersenjata begitu damai seperti biasanya, dimana Kunikida sibuk meneriaki Dazai untuk bekerja dan [Name] yang sibuk menertawai rutinitas tersebut.

"Mouu Kunikida-kun, aku sudah memberikan tugasku pada Atshusi-kun jadi aku boleh tidur siang sekarang~"

"Oi Dazai! Berhenti memperbudak Atshusi-kun seperti itu! Dan kau Atshusi-kun, berhenti menuruti semua perintah bodoh Dazai!"

"Ehhh saya juga?!"

[Name] tertawa puas, entahlah melihat Kunikida memarahi Dazai rasanya selalu menjadi hiburan tersendiri baginya.

Sembari menikmati pertengkaran mereka, [Name] sedang asyik memakan cemilan manis bersama Ranpo di meja kerjanya.

Sesekali gadis itu menuangkan teh untuk pria itu.

"Hmm, roti melon ini sangat enak dimana kau membelinya?"Tanya Ranpo berbinar, [Name] terkekeh.

"Aku membelinya di—"

"Oh dekat stasiun, terima kasih [Name]! Nanti sore aku akan mengajak Yosano-san kesana bersama!"

Gadis itu hanya tersenyum mengangguk, kemampuan deduksi pria itu memang mengerikan sekaligus menakjubkan.

"Ranpo-san, ikut dong kalo kesana beneran hehe"Pinta [Name] sambil nyengir kuda, Ranpo terkekeh mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.

"Tentu saja!"

Sesuai janji, Ranpo mengajak [Name] serta Yosano mengunjungi kedai roti melon yang tadi pagi [Name] beli untuk Ranpo.

Sambil berbincang kecil sambil menikmati roti melon masing-masing mereka berjalan pulang mengantar Ranpo sampai rumahnya.

"[Name]!"

Gadis itu berhenti diikuti Yosano dan menoleh kearah Ranpo yang baru saja akan menutup gerbang.

"Berhati-hatilah jika bertemu senja"

"Eh? Kenapa?"

"Tidak apa-apa, intinya untuk jaga-jaga jika berpergian jauh ajak Dazai denganmu"

Ranpo segera menutup gerbang meninggalkan Yosano dan [Name] yang masih bertanya-tanya.

Ada apa dengan senja?.

▁ ▂ ▄ ▅ ▆ ▇ █ To be continue █ ▇ ▆ ▅ ▄ ▂ ▁

Dear, Chuuya || BSDWhere stories live. Discover now