{ 02 }

734 89 23
                                    

"Oi Dazai! Kita harus segera pergi atau Sacchou akan memarahi kita!"

"Kau berisik sekali [Name], lagipula hari ini jadwal kita bundir ganda~"

Gadis itu mendengus lalu menjitak kepala Dazai, seperti biasa sebuah drama kecil untuk menyeret Dazai mengerjakan tugas penyelidikan seperti biasa.

Setelah membujuk selama sejam akhirnya gadis itu berhasil mengajak Dazai untuk menjalankan misi hari ini.

Misi kali ini adalah mengamankan sebuah panti asuhan yang kabarnya di dekat bangunan tersebut akan terjadi sebuah ledakan dan seperti biasanya Dazai sudah bisa menebak apa yang akan terjadi.

Ranpo juga berpesan agar Dazai tidak meninggalkan [Name] sendirian selama menjalankan misi.

Sebenarnya [Name] sedikit khawatir mengingat baik Dazai maupun Ranpo seperti sudah memberinya peringatan tidak baik.

"Kau yakin akan pergi [Name]?"Tanya Dazai memastikan sembari membenarkan jas coklatnya, gadis itu mengangguk lalu menghela nafas berat.

"Aku tahu kau benci sesuatu yang berhubungan dengan panti asuhan jadi—"

"Aku baik-baik saja! Toh kejadiannya sudah lama dan aku tidak bisa mengecewakan sacchou yang sudah merawatku dengan baik"

Dazai menghela nafas.

"Baiklah ayo berangkat"

✨🧡✨

"Papa! Mama!"

Gadis itu menatap salah satu anak panti yang berlari ke orang tua angkat barunya dengan tatapan tidak suka, ah dia benci melihat ritual khas panti asuhan ini.

Misi mengamankan anak-anak panti asuhan berhasil Dazai dan [Name] tuntaskan dan sekarang mereka sedang menyaksikan sejenak prosesi memberikan anak panti ke orang tua asuh baru mereka.

Gadis itu selalu benci prosesi ini karna selalu membangkitkan ingatan buruknya di masa lalu.

Setelah prosesi selesai, mereka segera berpamitan pada pemilik panti asuhan tersebut dan segera pulang.

"Padahal kau bisa menolaknya jika memang kau benar-benar membenci soal ini"Celetuk Dazai setelah beberapa saat lamanya membisu.

"Sudah kubilang aku tidak bisa mengecewakan Sacchou"

Dazai memutar bola matanya malas, setelah sampai di apartemen agensi bersenjata mereka pun berpisah.

Begitu masuk ke apartemennya gadis itu segera membersihkan diri dan menyiapkan makan malam.

"Oi [Name] bisa aku menumpang makan disini?"

Gadis itu mendengus memutar bola matanya malas, siapa lagi kalau bukan Dazai yang saat ini tengah mengintip dari luar jendela ruang makannya.

Entah bagaimana caranya pria itu naik padahal apartemen [Name] berada di lantai 2, gadis itu hanya mengangguk memberi isyarat pada Dazai untuk duduk di kursi makan yang dibalas dengan senyum berbinar dari pria itu.

"Kau masak apa hari ini [Name]?"

"Kari, kau mau kan?"

"Tidak ingin kepiting?"

"Sepertinya aku lebih ingin menumismu"

"Kau jahat sekali [Name]~!"

Gadis itu kembali fokus memasak karinya mengabaikan Dazai yang sibuk mengganggunya sambil meracau banyak hal.

Karna hari ini mood [Name] sedang buruk, gadis itu hanya membalas singkat atau mengangguk.

Semerbak bau harum kari buatan gadis itu mulai menguar sesaat setelah gadis itu membuka penutup pancinya, gadis itu pun segera menghidangkan 2 piring nasi kari di meja makan.

"Itadakimasu!"

Dazai memakan kari nya dengan penuh semangat, antara lapar dan Dazai memang suka makanan buatan [Name].

Mereka menikmati makan malam mereka sambil sedikit berbincang-bincang, yah walaupun kali ini lebih banyak Dazai yang berbicara karna mood gadis itu sedang buruk.

"Kau masih memikirkannya kan [Name]?"Celetuk Dazai di tengah mereka menikmati makan malamnya, gadis itu membuang muka.

"Bukan urusanmu"Balas [Name] sinis, Dazai hanya menghela nafas berat seraya melanjutkan makannya.

Setelah selesai makan seperti biasa Dazai langsung kembali ke apartemennya tanpa mencuci piring bekas makannya, [Name] mendengus kesal sambil menggerutu gadis itu membereskan alat makan yang kotor.

Karna belum mengantuk gadis itu memutuskan untuk mencari angin sejenak di jembatan yokohama.

Begitu sampai, gadis itu pun duduk di salah satu pagar pembatas jembatan Yokohama yang agak tinggi.

Pandangannya menerawang ke perairan di bawah jembatan yokohama, mendadak ingatan buruk kembali menggerayangi kepala gadis itu.

Tidak akan ada yang mau mengasuh monster sepertimu!

Dasar monster!

[Name] menghela nafas berat, suara masa lalu itu lagi-lagi memenuhi kepala bagai kaset rusak yang lupa caranya mematikannya.

Sejujurnya, [Name] merasa selama ini dia sudah kehabisan tujuan hidupnya selalu ada perasaan kosong yang sulit di jelaskan dalam lubuk hati terdalamnya.

Dan [Name] benci tak pernah bisa mengisi kekosongan itu.

Gadis itu menghela nafas berat seraya berdiri dengan pandangan yang masih terfokuskan ke perairan di bawah jembatan Yokohama, gadis itu berbalik lalu memejamkan matanya berniat menjatuhkan diri ke perairan itu.

"OI APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Sejenak kemudian [Name] merasa ada seseorang yang menarik tangannya dan menggagalkan aksi bunuh dirinya.

Bruk

Gadis itu mendengus kesal karna tarikan orang itu membuat dirinya mendaratkan pantatnya dengan sangat tidak etis.

Gadis itu mendongak untuk melihat siapa yang menolongnya dan begitu tahu gadis itu membulatkan manik (e/c)nya.

Orang ini...

▁ ▂ ▄ ▅ ▆ ▇ █ To be continue █ ▇ ▆ ▅ ▄ ▂ ▁

Dear, Chuuya || BSDWhere stories live. Discover now