{ 12 }

311 47 10
                                    

Suasana kantor agensi sedang damai seperti biasanya, seperti biasanya pula Dazai maupun [Name] mempraktekkan ritual bunuh diri mereka di pagi hari dengan melilitkan tali di leher mereka.

"Baik ayo kita taruhan!"

"Hm? Tidak biasanya kau mengajakku taruhan [Name]"

"Ayo taruhan, jika aku yang mati duluan maka aku akan menggentayangi Ria agar tidak berpacaran denganmu"

"Kalau aku yang mati duluan?"

"Maka kau akan kurestui dengan Ria"

"Taruhan ini bodoh, tapi bolehlah kita coba"

"Fufufu, satuuu duaaa tiiii—"

Plak

Plak

"APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"

Usai sudah pertandingan mereka, Kunikida lebih dulu memergokinya dan memukul kepala mereka menggunakan buku idealismenya.

"Ittai Kunikida-kun~!"

"Kunikida-san, buku ini kecil tapi sakit jadi berhenti memukulku karna aku bisa semakin bodoh karnanya"

Kunikida menghela nafas kasar, habis sudah semua jadwal sempurnanya hari ini hanya untuk mengurusi kedua mahluk bodoh dihadapannya.

Bukannya menyesali perbuatannya, mereka justru mengkritk sakitnya buku Kunikida dan hal ini membuat Kunikida sedikit berpikir mungkin benar perkataan [Name].

Memukul kepala mereka justru membuat mereka semakin bodoh.

Nanti-nanti mungkin Kunikida akan memikirkan cara agar kedua mahluk ini berhenti bertindak bodoh di kantor yang lebih baik.

"Hentikan ocehan konyol kalian! Dan cepat kembali bekerja!"Omel Kunikida yang dibalas dengan dengusan malas oleh mereka lalu melangkah gontai ke kursi masing-masing.

[Name] menghela nafas, gadis itu enggan mengerjakan tumpukan tugasnya hari ini kan dia baru saja selesai hukuman hari ini kenapa pula dia tidak mendapat hari libur dulu?.

"Psst [Name]"

Gadis itu mengintip dari balik tumpukan kertasnya dan menatap Dazai yang menberi isyarat sesuatu padanya.

"Keluarlah ke atap agensi"

[Name] mengerutkan alisnya tidak mengerti, Dazai masih ingin melanjutkan rutinitas bunuh diri mereka hari ini?.

Dazai mendengus, kembali menekankan isyaratnya.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi ini bukan soal bunuh diri jadi cepatlah kesana atau anjingku mati kesepian disana"

[Name] melebarkan matanya, gadis itu buru-buru memandangi sekelilingnya takut-takut jikalau Ranpo akan kembali memergokinya dan berakhir melaporkannya pada Fukuzawa.

Beruntung hari ini Ranpo sedang keluar menjalankan misi dengan Yosano, [Name] segera keluar dari kantor dan berlari menuju atap agensi.

Semilir angin lembut menerpa anak-anak rambut [Name], gadis itu mengedarkan seluruh pandangannya pada tiap sudut atap tersebut.

"Apa Dazai membohongiku?!"Gerutu [Name] karna tak kunjung menemukan sosok pria bertopi fedoran itu, gadis itu menghela nafas lalu duduk di tepi atap tersebut.

"[Name], jauhi bocah gravitasi itu"

Gadis itu mendengus, memutuskan untuk mengabaikan suara Ashen yang lagi-lagi menyuruhnya menjauhi Chuuya.

"Ini hidupku Ashen, berhenti memerintahkan sesuatu yang aku tidak suka!"

"Sudah kubilang ini demi kebaikanmu [Name]"

"Omong kosong, kau hanya egois tentang ambisimu sendiri"

"[Name]!"

Gadis itu tidak peduli, ini hidupnya dan Ashen tidak berhak mengatur hidupnya.

"Y-Yo [Name]!"

Tubuh gadis bergetar mendengar suara tak asing itu dan benar saja terlihat sosok Chuuya tengah melayang-layang di belakangnya.

[Name] berbinar melihat pujaan hatinya lagi-lagi menemuinya, Chuuya terlihat gugup tapi pria itu tetap duduk di samping [Name].

"Hmph! Chuuya terlambat!"Gerutu [Name] kesal sambil memalingkan wajah karna harus menunggu nyaris setengah jam, Chuuya nyengir.

"Maaf, tadi ada sedikit masalah di port mafia karna itu jadi agak lama"

Gadis itu sedikit melirik Chuuya, terbesitlah sebuah ide jail di kepalanya.

"Ahh aku tidak suka menunggu, harusnya Chuuya tanggung jawab dong!"Gerutu [Name] memasang wajah sok marahnya dan berhasil Chuuya terlihat panik.

"M-Maaf aku aku, aku harus bagaimana agar kau memaafkanku?"Tanya Chuuya panik, gadis itu mengendikkan bahunya.

Chuuya berusaha memutar otak memikirkan cara agar [Name] tidak marah lagi, Chuuya hanya terpikirkan satu cara dan sekarang pipinya terasa panas.

[Name] mulai jengah karna Chuuya tak kunjung membujuknya atau apa, gadis itu berniat melirik tapi tiba-tiba Chuuya memeluk kepala gadis itu dan mencium pipinya.

"A—CHUUYA?!"

Chuuya nyengir lalu tertawa melihat wajah [Name] yang sudah semerah tomat itu, astaga! [Name] yakin sekarang dia ingin loncat dari gedung karna saking malunya.

Jika ada kata di atas bahagia, maka itulah yang [Name] rasakan.

"Maaf maaf, sudah tidak marah? Aku ingin mengajakmu jalan-jalan sebelum hari semakin sore"Ucap Chuuya, [Name] mendengus tapi akhirnya mengangguk malu-malu seraya bangkit mengikuti Chuuya.

"Mau coba terbang?"

"Ter- Hah?!"

"Iya, aku akan mengajakmu terbang menggunakan kekuatan gravitasiku"

"Ehh bisa?! Ayo! Aku mau coba!"

Chuuya terkekeh seraya memegang kedua tangan [Name] berjalan pelan menuruni gedung, [Name] sempat berteriak ketakutan tapi kemudian dia terperangah saat memandangi pemandangan Yokohoma dari atas langit.

Chuuya tersenyum, sekarang dia mengerti mengapa cinta itu sangatlah candu.

▁ ▂ ▄ ▅ ▆ ▇ █ To be continue █ ▇ ▆ ▅ ▄ ▂ ▁

Dear, Chuuya || BSDWhere stories live. Discover now