🍃 4 - Bus

309 48 26
                                    

🌸
___________________________

🍁


Bus


🍁
_____________________


"Minho..." gumam Hana tak percaya. Merasa dipanggil, Minho menoleh tanpa ekspresi. Tidak senyum, tidak pula kaget atau kesal.

"Kau---sedang apa di sini?" tanya Hana.

"Menaiki bus untuk pulang, tentu saja. Kau pikir apa lagi?" jawab pemuda berhidung mancung itu.

"Maksudku, kau 'kan bawa motor kenapa naik bus?"

"Sedang ingin saja."

Hana hanya menatapnya heran lalu mengalihkan pandangan ke arah lain. Jantungnya kini sudah berdebar tak karuan.

"Untuk apa kau repot repot mengurusiku?" Suara pelan Minho membuat gadis itu kembali menoleh dan langsung bertatapan dengan mata indah itu.

"Apa maksudmu? A-aku tidak mengurusimu. Aku hanya bertanya apa salahnya? Lagi pula, ya terserah kau saja mau naik bus atau pesawat terbang sekalipun aku tidak peduli!"

Gugup membuat gadis itu kehilangan kontrolnya. Ia mengoceh tak jelas membuat Minho menatapnya lama. Merasa semakin gugup, Hana kembali memasang earphone-nya lalu menyandarkan kepala di kursi bus sambil menatap ke luar jendela.

Sementara Minho, ia juga memasang earphone-nya lalu menyandarkan kepalanya ke kursi seperti yang Hana lakukan. Bedanya, Hana duduk melihat ke luar jendela sementara Minho duduk sambil memandangi Hana.

Hana mengumpat dalam hati.

Kenapa busnya lambat sekali!

Ia sudah merasa tak nyaman berada di sebelah Minho dengan situasi mereka yang belum jelas ini. Rasanya sangat canggung. Gadis itu diam-diam bernafas lega saat bus berhenti di halte yang paling dekat dengan kompleks perumahan tempat tinggal Minho. Tapi pemuda di sampingnya tidak juga berdiri.

Hana menoleh ketika Minho tidak juga turun padahal ini pemberhentian yang paling dekat dengan rumahnya. Hingga bus kembali melaju, pemuda itu masih asik dengan earphponenya.

"Yak Lee Minho!" tegur Hana pelan. Tapi kemudian gadis itu merutuk dalam hati.

Untuk apa mempedulikan dia lagi, Ji Hana!

Minho menoleh.

"Bukankah harusnya kau turun di pemberhentian tadi, kenapa tidak turun?" tanya Hana.

"Terserah padaku, mau turun atau tidak, memangnya kau siapa?"

Perkataan Minho membuat Hana tertegun. Seperti ada jarum yang menusuk hatinya. Kecil namun teramat sakit. Gadis itu menatap Minho lama dengan mata yang memerah. Minho yang melihatnya tersentak kaget.

"Aku mantanmu, dan aku bertanya karena merasa tidak nyaman ada kau di sampingku," jawab Hana.

Setelah itu ia benar-benar mengabaikan kehadiran Minho. Mengalihkan pandangan ke luar jendela sambil memutar lagu dengan full volume.

Bus berhenti. Hana turun, begitupun dengan Minho. Gadis itu tidak protes atau sekedar bertanya mengapa Minho ikut turun di sini. Ia benar-benar mengabaikannya.

Hana berjalan dalam diam, diikuti Minho di belakangnya. Gadis itu tidak menyadari Minho yang mengikutinya. Ia memasuki halaman rumah, dan pandangannya langsung tertuju pada seseorang yang sedang menunggunya di teras.

Hana melepas earphone lalu menghampirinya. "Sedang apa kau di sini?"

"Aku menunggumu."

Minho yang melihat mereka dari kejauhan menyipitkan mata untuk melihat seseorang yang tengah tersenyum pada Hana. Sedetik kemudian hatinya mencelos saat menyadari sesuatu.

Dear Mantan [ Minsung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang