🍃 24 - Pulang

261 45 3
                                    

🌸
___________________________

🍁


Pulang


🍁
_____________________

Hana menginjakan kakinya di anak tangga terakhir lalu membuka pintu atap dengan perasaan berdebar. Ia tak ingin menerka-nerka apa yang akan dibicarakan Minho. Namun pikiran-pikiran buruk itu terus saja bersemayam di otaknya seolah mengatakan bahwa ini adalah akhir hubungan mereka.

Apa mungkin Minho akan menyuruhnya menghilang dari pandangan lelaki itu? Atau memperjelas batas di antara mereka? Atau Minho ingin mengatakan bahwa ia memang tak menyukai Hana? Lelaki itu membencinya 'kan?

"Hana?"

Lamunan Hana buyar dengan satu panggilan lembut itu. Hana mendongakan kepala yang mana langsung bertatapan dengan manik hitam Minho. Hana tertegun. Minho dengan rambut berantakan tertiup angin dan senyum tipis di sudut bibir terlihat benar-benar tampan!

Astaga! Ia pasti sudah gila! Sempat-sempatnya memuja lelaki itu di saat tegang seperti ini.

Tapi, jika Hana mengingat bahwa hari ini mungkin akan menjadi hari terakhirnya menatap wajah tampan itu. Tolong biarkan saja ia menatapnya lebih lama. Hana rindu saat berdua seperti ini.

"Kenapa menatapku seperti itu?" Lagi-lagi suara lembut itu menyadarkan Hana dari lamunan. Gadis itu segera berdehem lalu menatap Minho sekilas. Tak ingin terlalu lama atau ia akan kembali tertangkap basah mengagumi ketampanannya.

"Ada apa mengajakku kemari?" Terima kasih wahai tenggorokan yang telah berhasil meredakan kegugupan Hana dan mengeluarkan suara setenang mungkin.

Kaki Minho terayun, mengikis jarak di antara mereka.

"Aku ingin minta maaf padamu, Hana."

Hana yang tidak memprediksi kalimat tersebut akan keluar dari bilah bibir Minho segera menoleh dengan mata mengerjap bingung. "Hng? A-apa?"

"Aku ingin minta maaf," ulang Minho.

"Maaf untuk ... apa?"

"Untuk hubungan kita di masa lalu." Minho menatapnya lekat menunjukan ketulusan juga keseriusan dalam ucapannya.

"Aku minta maaf karena membuatmu tak nyaman. Aku tahu kau tidak bermaksud mempermainkanku, tapi aku terus saja melimpahkan kesalahan dan kebencian padamu."

"Minho ..."

"Hana," panggil Minho membuat kalimat Hana tertahan di kerongkongan.

"Bisakah kita memulainya dari awal?" Kalimat tanya itu sukses membuat Hana mematung dengan mata membulat.

"Aku tahu, ini terdengar tak tahu diri. Tapi aku benar-benar ingin memulai semuanya dari awal." Hana terlalu gugup mendengar setiap kata yang Minho ucapkan hingga tak menyadari bahwa lelaki itupun gugup mengungkapkan semua yang hendak ia katakan.

"Hana ... bisakah kau menerimaku sebagai temanmu?"

Bahkan jika kau meminta lebih, aku akan tetap menerimanya.

Hana mengangguk kecil. Setelah terdiam cukup lama ia berusaha menenangkan detak jantung yang sialnya tak bisa tenang sedari tadi.

"Tentu. A-aku senang kalau kau ingin berteman denganku."

"Sebenarnya, aku---" Minho tampak ragu sedangkan Hana menunggu kelanjutan kalimatnya. "Ah, tidak! Aku hanya merasa kita tidak terlalu dekat. Aku harap bisa menjadi teman yang baik untukmu."

Hana tersenyum tipis, menundukan kepala lalu mengangguk berkali-kali. "Terima kasih telah memaafkanku, Minho. Dan maaf untuk kesalahanku di masa lalu."

Dear Mantan [ Minsung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang