🍃 27 - Hari Baru

284 46 4
                                    

🌸
___________________________

🍁


Hari Baru


🍁
_____________________

Wajah Minho begitu cerah, secerah matahari di kamis pagi. Rasanya melegakan setelah kemarin bicara jujur ke pada Hana. Ya, semua kebahagiaan Minho memang selalu berpusat pada Hana.

Minho meraih ponselnya lalu menatap layar lamat. Senyuman tersungging kala jemarinya mengusap layar yang menampilkan potret Hana.

"Cantik sekali," gumamnya tanpa sadar. Saat ini melamunkan Hana di pagi hari bukan ide yang buruk. Mood Minho naik drastis hanya dengan memikirkan senyum dan pipi merona gadis itu.

"Ah, menggemaskan sekali calon pacarku." Lagi-lagi ia bicara sendiri. Senyum di wajahnya kian melebar. Minho akan mengecup layar ponselnya sebelum terlonjak kaget karena ponselnya yang tiba-tiba berdering dan nama Hyunjin tertera di sana.

"Aish! Hwang sialan!" Minho sudah menggerutu kesal. Hyunjin mengganggu kegiatan paginya.

"Apa!" tanyanya tanpa basa-basi.

"Ish galak sekali!" protes Hyunjin dri sebrang sana.

"Kau mengganggu pagi indahku, Hwang!"

"Kau sedang apa memangnya?"

"Bukan urusanmu!"

"Jangan bilang kalau kau tengah memikirkan mantanmu di pagi buta begini Lee Minho?"

Minho bungkam. Ingin menyangkal tapi suara tawa Hyunjin lebih dulu menggema di telinga.

"Haha ... kau benar-benar budak cintanya Hana astaga."

"Berisik!" Minho berujar sewot. "Kau mau apa sih menghubungiku di pagi buta begini?"

"Tidak ada, hanya ingin menanyakan tugas kimia saja, aku belum menyelesaikan semuanya."

"Tanyakan saja pada Changbin, aku tak ada waktu mengajarimu. Sudah ya, kututup."

Setelah itu panggilan tertutup sepihak membiarkan Hyunjin mengumpat di sebrang sana.

Minho memilih bersiap, menyampirkan tas di bahu lalu segera turun untuk menikmati sarapannya. Ngomong-ngomong ini adalah rekor sarapan paling pagi bagi Minho. Semalam ia sengaja hanya minta dibuatkan roti bakar dan susu saja oleh ibunya karena sarapan nasi di pagi buta begini jelas bukan pilihan bagus.

Setelah menghabiskan roti dan susunya, Minho segera pamit, tak lupa menyambar kunci motor. Pagi ini benar-benar cerah dan Minho suka itu.

Motor melaju membelah jalan raya yang mulai ramai hingga berhenti di pekarangan rumah Hana. Tadinya ia hendak membunyikan klakson namun suara pintu terbuka lebih dulu mengalihkan atensinya. Di sana Hana sudah siap berangkat sekolah.

"Hay!" sapa Minho. Hana tersenyum sedikit kaku.

"Hay!" balasnya.

"Sudah sarapan?"

"Belum." Minho tahu itu. Hana jarang sarapan sepagi ini.

"Mau sarapan dulu?" tanya Minho lagi namun Hana menggeleng. "Aku bisa menunggu kalau kau mau sarapan."

"Nanti saja di kantin," balas gadis itu. Minho hanya mengangguk lalu menyerahkan helm pada Hana namun sebelum gadis itu mengambilnya, ia lebih dulu memundurkan tangannya dari jangkauan Hana.

"Biar aku pakaikan, rambutmu sudah rapi sayang nanti rusak." Padahal yang dipanggil sayang itu 'kan rambutnya kenapa malah Hana yang merona.

"Kenapa dengan pipi gembul ini? Apa ada kata-kataku yang membuatmu malu?" tanya Minho frontal yang membuat pipi Hana makin merona.

Dear Mantan [ Minsung ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant