🍃 7 - Pagi

273 47 37
                                    

🌸
___________________________

🍁


Pagi


🍁
_____________________


Malam berganti pagi, Minho terbangun seperti pagi-pagi sebelumnya dengan mata panda menghiasi bawah matanya.

Ia meraih ponsel di nakas, lalu tersenyum mendapati foto dirinya dengan Hana yang tengah tersenyum. Tanpa sadar ia menekan dial panggilan ke kontak Hana. Saat panggilan terhubung dan suara Hana menyapa pendengarannya barulah ia sadar dengan apa yang sedang ia lakukan.

Panik, buru-buru Minho memutus panggilan.

'Astaga! Apa yang baru saja aku lakulan? Ah memalukan!' batinnya meringis.

Minho menutupi wajahnya dengan bantal. Bagaimana kalau nanti bertemu Hana di sekolah? Alasan apa yang akan ia katakan pada gadis itu!



Sementara di tempat lain, Hana masih mematung menatap sederet nomor di layar ponselnya.

"Yang barusan menghubungiku itu, benar Minho?" gumamnya tak percaya.

Beberapa detik kemudian, ia melompat kegirangan di atas kasur.

"Minho menghubungiku! Aaaa!"

"Hana, kamu kenapa?" teriak bibinya dari dapur.

Hana segera menghentikan aksi lompat-lompatnya. "Ah, tidak apa-apa, Bi." Ia tersenyum kikuk, sedikit malu karena membuat keributan di pagi hari.

"Cepat siap-siap, kita sarapan!"

"Iya!" Hana menuruni ranjang, mengambil handuk lalu masuk kamar mandi.

Gadis itu berangkat sekolah dengan wajah yang ceria berbeda dengan ekspresinya kemarin saat pulang sekolah.

Lixy dan Changbin yang melihatnya heran. Mereka berdua memang berangkat bersama, Changbin menjemput Lixy, dan gadis itu hanya ikut saja. Mereka masih memainkan perannya.

"Kau kenapa?" tanya Lixy, mereka bertemu di koridor sekolah. Hana tersenyum, hendak buka suara tapi kemudian menggeleng saat menyadari ada Changbin di samping Lixy.

Changbin yang mengerti hanya segera berdehem. Sepertinya ada yang harus Hana ceritakan kepada Lixy.

"Aku ke kelas dulu ya," pamitnya. Lixy menoleh, sedikit heran karena Changbin tiba-tiba pamit. Namun cepat-cepat mengangguk ketika Changbin menatapnya lama.

"Oh, em iya, sampai ketemu nanti."

Changbin tersenyum lalu mengangguk, tak lupa ia juga sempatkan tersenyum kepada Hana, yang dibalas dengan senyuman tipis oleh gadis itu.

Setelah Changbin beranjak, Hana menjerit tertahan sambil tertawa. Bahkan gadis itu sedikit melompat-lompat dengan girang seperti seorang fangirl yang baru menonton konser biasnya.

Lixy mengerjap. Seingatnya, terakhir kali melihat Hana seperti ini adalah saat ia menceritakan kencan terakhirnya bersama Minho ke taman bermain, sehari sebelum hubungan mereka kandas.

"Yak yak! Kau kenapa?"

"Minho menelponku!" bisiknya namun masih tetap heboh.

Lixy yang mendengarnya tak kalah heboh, ia ikutan melompat-lompat kecil, membuat mereka terlihat seperti anak kecil yang baru saja mendapat hadiah.

"Tapi tunggu Han, kenapa dia tiba-tiba menelponmu?"

"Em, aku juga tidak tahu."

"Apa dia meminta maaf padamu?" Hana menggeleng.

Dear Mantan [ Minsung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang