🍃 Side Story of Pulang

241 34 0
                                    

🌸
___________________________

🍁


Beside Story of Pulang


🍁
_____________________


"Hyunjin!" Minho membalik badan menghadap Hyunjin yang duduk di belakangnya. "Butuh berapa menit untuk menahan seseorang agar tertinggal bus sepulang sekolah nanti?"

Hyunjin mengernyit bingung. "Maksudmu?"

"Kau, kalau kau mau mengajak Shin Ryujin pulang bersama, kau selalu membuatnya ketinggalan bus 'kan?"

"Oh, cukup 15 menit. Bus tercepat arah ke rumah Ryujin datang 10 menit setelah bel pulang berbunyi. Jadi aku hanya perlu menyuruh seseorang mengajaknya bicara selama itu."

Minho manggut-manggut. Ia memiliki sebuah rencana sepulang sekolah nanti.

"Kenapa bertanya seperti itu? Kau ingin membuat Hana ketinggalan bus?" Pertanyaan telak yang mengenai sasaran membuat Minho gelapan sendiri.

"Ti-tidak! Untuk apa!"

"Ya memang, untuk apa? Toh ia belum tentu mau pulang denganmu. Bukankah lebih baik kau saja yang mengikutinya naik bus? Dengan begitu tidak akan begitu kentara bahwa kau mengantarnya pulang tapi secara tidak langsung kau tengah mendekatinya."

Hyunjin memang paling ahli dalam hal seperti ini. Di sampingnya, Changbin diam-diam mendengarkan sambil memikirkan banyak cara untuk kembali mendekati sang mantan.

Dan sesuai rencana tadi, saat bel pulang berbunyi Changbin dan Minho segera bergegas.

"Kenapa kalian buru-buru sekali?" tanya Hyunjin bingung. Changbin hanya menggedikan bahu tak acuh.

"Aku akan bertemu Hana. Aku duluan." Minho segera keluar kelas sebelum dua sahabatnya bertanya yang macam-macam nanti. Mereka pasti sudah paham dengan tujuan Minho kali ini.

Dan di sinilah Minho berada sekarang. Komat-kamit menghafal dialog yang akan ia ucapkan pada Hana nanti. Sesekali matanya melirik layar ponsel untuk memastikan kalimatnya sesuai petunjuk google atau tidak.

Ya, katakan saja kalau dirinya konyol. Ia punya sahabat yang ahli dalam hal percintaan tapi masih menanyakan hal sesepele ini ke pada google.

Bukan apa-apa, tapi Hyunjin kadang menyebalkan. Pemuda itu akan meledeknya lebih dulu sebelum memberi saran.

Tepat saat suara langkah terdengar, Minho memasukan tangan yang tengah memegang ponsel ke dalam saku celana lalu berbalik. Tertegun sejenak melihat gadis di hadapannya yang kini tengah menunduk.

"Hana," panggilnya dengan suara selembut mungkin. Yang dipanggil mengangkat wajah lalu terdiam menatapnya lama.

Minho yang sedari tadi berusaha menormalkan debaran jantungnya jelas semakin gerogi ditatap selekat itu.

"Kenapa menatapku begitu?"

"Eh?" Hana terkejut dengan pertanyaannya lalu menggeleng. "Ada apa mengajakku bertemu?" tanya gadis itu kemudian.

Minho menghela nafas pelan dan perlahan, berusaha terlihat santai. Dengan sebelah tangan yang menggenggam erat ponsel di saku celana dan tangan lain yang ia biarkan menggantung di samping tubuh ia mulai melangkah. Mengayunkan kakinya guna mengikis jarak di antara mereka.

Sialnya, di saat jarak mereka sudah terlampau dekat, semua kata-kata yang ia hapalkan beberapa menit lalu buyar begitu saja. Otaknya mendadak kosong. Jelas Minho panik. Namun masih bisa ia sembunyikan.

Berbekal tekad bulat untuk kembali mendekati Hana, Minho menghela nafas. Mencoba fokus dengan perasaannya, mengandalkan hatinya yang bicara.

"Aku ingin minta maaf." Saat kalimat itu terucap, kalimat lain mulai bermunculan di otaknya.

Dear Mantan [ Minsung ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora