Chapter 7

319 50 0
                                    

Happy reading gais

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading gais...


***


Sejak kejadian dimana Divanka menangis untuk pertama kalinya dihadapan Jae, kelakuan Divanka berubah seratus persen, dari yang awalnya suka marah dan membentak menjadi pendiam. Sejujurnya Jae lebih suka Divanka yang dulu dibanding yang sekarang, karena diamnya seseorang itu sangat menyeramkan. Ingin meminta maaf, tapi Jae benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa karena rasanya ia tak salah apa-apa.

Setiap Jae baru pulang dari kantor ia mendapatkan pemandangan Divanka yang tengah duduk di sofa ruang tengah sembari memangku laptopnya sendiri, yang mungkin mengerjakan tugas kampusnya. Dan lagi, Divanka tidak berkeliaran tengah malam seperti biasanya, sangat menakjubkan bukan?


“Kamu udah makan?” tanya Jae sembari melepas dasi yang sedaritadi rasanya mencekik lehernya. Namun yang ditanya hanya diam, seakan-akan enggan untuk menjawabnya, semalam itu Divanka mengeluarkan suaranya. Bahkan jika bisa, bernafas pun ia tak akan melakukannya.


Merasakan tak mendapatkan balasan apapun, Jae mendekat kearah Divanka dan langsung merebut paksa laptop yang sedaritadi menjadi pusat perhatian Divanka, sehingga membuat sang empunya melotot tak percaya dan untuk pertama kalinya, Jae mendapatkan tatapan tajam lagi dari Divanka.


“Kalau aku ngomong, disahutin dong.” ucap Jae.

Divanka memutar malas kedua bola matanya dan mengambil kembali laptopnya yang sempat direbut oleh Jae, “Ribet banget lo!” gerutu Divanka.

Melihat bagaimana reaksi Divanka, Jae hanya bisa mengedikkan bahunya dan mulai menyenderkan tubuhnya di sofa agar sedikit lebih rileks. “Kamu akhir-akhir ini cepat banget pulangnya,” ucap Jae.

“Gue cepat balik, lo ngomel. Gue lama balik, lo juga ngomel. Mau lo apa sih?!” tanya Divanka.

“Gapapa, ‘kan heran aja gitu. By the way, kamu udah makan?” ulang Jae.


Otomatis Divanka berdiri dari duduknya lalu menyimpan laptopnya diatas meja kaca dengan cara kasar, untung saja meja tidak pecah, jika pecah bisa-bisa Jae akan membeli yang baru lagi akibat kelakuan istri-nya sendiri.


Divanka menggertakkan giginya lalu menjawab. “Belum, puas?!” Dan ia pun meninggalkan ruang tengah menuju dapur, rasanya sangat menyesakkan jika Jae sudah kembali ke rumah. Bukannya apa, Divanka dalam mode malas berbicara tapi Jae secara terus-menerus menanyakan berbagai hal padanya sehingga membuat Divanka benar-benar muak.


Ingin meminta cerai, tapi ia tidak ingin merubah statusnya menjadi janda. Usianya masih terbilang muda untuk mendapatkan gelar itu, dan lagi jika ia perhatikan, Jae itu sudah melakukan segalanya demi membuat Divanka bahagia tapi sayang Divanka masih saja emosi entah karena apa, ia sendiri pun tak tahu.

Sedangkan Jae, ia menghembuskan nafasnya secara kasar dan menyusul Divanka yang ada di dapur. Untung saja Jae orangnya sabar dan memaklumi segala tingkah istri-nya sendiri, jika tidak, mungkin Jae sudah mengusir gadis itu dari apartement-nya. Siapa yang tahan dengan sikap Divanka jika seperti itu secara terus-menerus? Jawabannya tidak ada, selain Jae.


Park Jaehyung : Not Mine? (Jae DAY6) [Completed]Where stories live. Discover now