Chapter 36

278 35 3
                                    

Happy reading gais

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading gais...


***


Divanka duduk terdiam di kursi belajarnya sembari mengigit kuku di jari manisnya, wajahnya yang segar pertanda ia baru saja selesai dengan urusan mandinya. Matanya kemudian melirik kearah jam dinding yang menunjukkan ke angka satu siang, kelasnya sejam lagi dimulai, namun dia masih betah di kamarnya melamun.


“Unda,” Lamunan Divanka akhirnya buyar ketika mendengar suara imut dari seorang gadis kecil, ia menunduk dan mendapati anaknya yang berusia dua tahun itu berjalan kearahnya dengan rambut yang diikat apel oleh sang Ayah.


Kehidupan Divanka setelah melahirkan sosok gadis kecil ini berubah drastis, ia tak pernah marah-marah lagi dan selalu mengeluarkan perkataan lembut terkecuali saat berhadapan dengan Dowoon tentunya. Ia juga kembali melanjutkan kegiatan kuliahnya yang sempat tertunda karena kehamilannya, dan sekarang ia dihadapkan dengan kenyataan bahwa sebentar lagi dia ujian meja.


“Ututu, anak Bunda. Kenapa sayang? Ayah apain kamu? Jahatin kamu, ya?” tanya Divanka sembari menggendong anaknya itu yang ia beri nama, Dea Park.


Gadis kecil bernama Dea itu menggelengkan kepalanya, menunjuk kearah Ayah-nya yang terkapar tak berdaya diatas kasur memejamkan kedua matanya untuk merasakan dinginnya sensasi AC yang menerpa kulit putihnya.

Melihat hal tersebut, ide jahil Divanka keluar, ia menghampiri Jae yang malah asyik tidur dan menaruh Dea diatas dada pria itu sehingga membuat sang anak tertawa riang karena dapat menduduki tahtanya. Sedangkan Jae spontan membuka kedua matanya dan mendapati kedua kesayangannya ini tertawa puas dengan riang.


“Aduh, Dea jangan gerak gitu dong, dada Ayah sakit. Kalau Ayah mati, gimana? Mau kamu kalau enggak punya Ayah?” gertak Jae.

Baru saja Divanka hendak angkat suara, tapi malah dipotong oleh ucapan Dea yang membuat Jae terkunci. “Ayah, kata om Tungjin mati itu untuk hewan dan manusia itu meninggal.” jelas Dea.


Divanka menahan tawanya saat mendengar Dea malah menasehati Jae, sudah sering kali ia mendapati moment Ayah dan Anak itu adu mulut, berakhir Dea-lah yang menang dan Jae yang mengalah.


“Ketawa aja sih, Van, enggak usah ditahan gitu.” gerutu Jae.

“Ya, maaf. By the way, yang dibilang Dea itu benar loh,” ucap Divanka.

“Iya, aku tahu,” balas Jae.


Jae pun bangkit dari posisi tidurnya dan tetap memegang tubuh Dea agar tak jatuh, begitu ia berhasil duduk, ia pun menciumi wajah Dea dengan puas sebagai balasan karena gadis kecilnya telah menasehatinya. Padahal Jae lebih dulu yang makan garam, kenapa Dea malah mengguruinya.


“Dea, kamu mau punya Adek, enggak?” tanya Jae yang berakhir mendapat jitakan dari Divanka.


Divanka tak habis pikir, sudah berkali-kali Jae menanyakan hal seperti itu pada Dea, bukannya ia tak mau hanya saja usia Dea masih satu tahun, masih terlalu dini untuk memberikan Dea seorang adik. Takutnya Divanka tak mampu mengurus mereka berdua secara bersamaan.


Park Jaehyung : Not Mine? (Jae DAY6) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang