02. Radio Romeo

409 64 21
                                    

Sa, kamu tahu kan Radio Romeo adalah salah satu hal yang berharga untukku?Janitra, di bawah rintik hujan.

— D I A L O G   R A S A —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— D I A L O G   R A S A —


Aku meregangkan tubuh, usai mengetik dua paragraf di bab empat skripsiku, rasanya sudah sangat lelah. Baru dua paragraf. Apalagi kalau dua halaman? Mungkin tubuhku udah kaku seperti kayu. Oke kali ini aku terlalu berlebihan, tidak separah itu kok.

Aku memandang ruang asisten praktikum yang lengang, tadinya ada aku dan Neesa, teman sekelasku yang sama-sama memanfaatkan ruang asisten untuk mengerjakan skripsi. Kebetulan kami memiliki dosen pembimbing skripsi yang sama, pak Abimana. Jadi setelah tadi bimbingan, kami memutuskan ke ruang asisten untuk melanjutkan skripsi dan saling berdiskusi. Dan itu cukup membantu. Kupandangi laptop Neesa di depan laptopku, pemiliknya sedang ke kamar mandi. Neesa bilang dia mules setelah menyantap mie ayam dengan sepuluh sendok sambel. Ya salah sendiri sih makan banyak sambel. Untungnya dia merasa mulas sekarang, coba kalau saat bimbingan tadi, bisa gawat. Pak Abimana, dosen pembimbing kami mungkin nggak akan mau membimbing lagi.

Aku mendongak, menatap ke arah pintu saat menyadari ada langkah kaki mendekat. Kupikir Neesa, ternyata bukan. Gadis berambut panjang sepunggung itu celingukan untuk beberapa detik, mencari seseorang sebelum akhirnya beradu pandang denganku.

Matanya yang membulat dan bibirnya yang sedikit terbuka membuatku nyaris tergelak, terlebih pipi chubbynya yang terlihat menggemaskan. Itu kesan pertamaku tentang gadis itu, tapi tentu saja hanya kuucapkan di hati, karena kalau kuucapkan langsung bisa-bisa aku kena timpuk buku Kimia Universitas karya Brady yang tebalnya naudzubillah itu. 700 halaman lah.

"Lagi nyari Neesa?" tebakku saat dia menatap laptop Nisa cukup lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lagi nyari Neesa?" tebakku saat dia menatap laptop Nisa cukup lama.

Gadis itu cuma mengangguk tanpa memandang ke arahku.

"Neesa sedang ke kamar mandi, bentar lagi juga balik," ucapku memberi tahu.

Gadis itu sekali lagi hanya membisu, semakin memperjelas suasana canggung di antara kami. Gadis itu duduk di kursi depanku, di samping kursi yang ditempati Nisa. Kuputuskan meneruskan skripsiku, supaya nggak canggung-canggung amat lah.

DIALOG RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang