11. Hai, Sha

150 36 23
                                    

Aku nggak suka melihatmu menangis, Sha. Janitra

 —Janitra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—D I A L O G    R A S A—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—D I A L O G    R A S A—


"Maaf kak Janitra, boleh kalau aku nggak mau menjawab pertanyaan kakak?"

Pertanyaan balik Shasa membuat bibirku menganga, kaget mendapat jawaban yang di luar harapan. Kupikir dia akan menjawab dengan jujur atau berbohong mencari alasan tapi Shasa malah meminta untuk tidak menjawab pertanyaanku.

"Ya walau pertanyaanku bukan soal ujian semester yang harus dijawab bisa ataupun enggak, aku berharap mendapat jawaban." Aku tak tahu apa jawabanku bisa memuaskan Shasa tapi dari raut wajahnya yang sedikit berubah bingung, maka bisa dipastikan jawabanku bukanlah yang ia mau.

"Tapi aku nggak bisa memaksamu untuk menjawab kalau memang kamu nggak berkenan," lanjutku melengkungkan bibir ke atas. "Jadi jangan dijawab kalau nggak mau menjawab."

Halah, sok sekali kamu Janitra padahal kamu penasaran setengah mati sejak semalam, mempertanyakan banyak hal sampai kesulitan tidur.

Ya begitulah aku, tiba-tiba memilih mematahkan keingintahuanku mencari jawaban karena tak ingin membuat Shasa tak nyaman.

"Sebenarnya aku hanya penasaran, Kak." Ucapan Shasa membuat tubuhku membeku di tempat, kuperhatikan rambut panjang yang menutupi sebagian pipi chubbynya saat gadis itu tertunduk.

"Kak Janitra menyimpan nomorku tapi tak pernah menghubungiku. Kata kak Neesa, kak Janitra memiliki keperluan denganku."

"Ah itu. Masalah itu sudah selesai maksudku payung," jelasku. "Dan bukankah aneh kalau aku menghubungimu tanpa keperluan yang jelas? Sementara masalah payung sudah selesai."

Aku tak memiliki alasan kuat untuk menghubunginya. Karena itulah hanya kusimpan nomornya tanpa pernah menghubungi.

Apa aku aneh? Tidak kan.

"Oh begitu. Aku mengerti sekarang. Bagaimana kalau kita kembali ke lab sekarang," sahut Shasa menunjuk payung miliknya dalam genggamanku.

"Kak Janitra pasti harus segera kembali ke ruang asisten kan." Shasa tersenyum, senyuman tipis seperti biasa yang entah mengapa tak terasa seperti biasa.

DIALOG RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang