[1] dulce somnii

11K 669 12
                                    

Udara pagi ini terasa lebih sejuk dari hari sebelumnya. Mungkin karena pagi-pagi sekali hujan membasahi bumi, membuat polusi yang sudah menyesakkan hilang begitu saja.

Suara sepatu yang terdengar oleh telinga nya membuat Jisung meringis. Semua orang begitu cepat melangkah membuat sepatu mereka mengeluarkan suara yang mengganggu bagi Jisung.

Memang tak salah. Tapi untuk Jisung sendiri yang menyukai keheningan akan sangat menjengkelkan. Entah itu suara sepatu atau suara kresek yang tengah di mainkan oleh anak kecil di samping nya.

Tidak mungkin kan kalau Jisung meneriaki anak itu agar diam. Lagipula ini salah nya yang berjalan-jalan di pagi hari yang mana semua orang memulai aktivitas nya. Lebih baik ia berjalan-jalan saat tengah malam saja.

Sebenarnya ia tak punya tujuan untuk ke suatu tempat di pagi hari itu. Rasanya ia muak berada di dalam apartement nya yang hanya di isi oleh berlembar-lembar kertas yang berserakan.

Matanya menatap ke arah bangunan yang tidak terlalu besar dan tidak pula kecil. Sebenarnya tidak ada yang menarik dari bangunan itu. Tapi entah kenapa ia memilih memasuki nya.

Suara bel karena pintu di buka membuat seseorang di meja kasir mendongakkan kepala. Dia tersenyum dan menutup buku bacaan nya.

"Selamat pagi. Ingin mencari buku apa tuan?"

Jisung tersentak. Pasalnya sedari tadi ia menatap buku yang tengah di pegang oleh si kasir. Namun ia segera mengalihkan pandangan nya ke setiap rak yang berisi buku-buku.

"Aku mencari buku In The COUNTRY of MEN karya Hisham Matar. Aku ingin membaca disini."

"Baiklah, sebentar. Kau bisa mencari tempat dulu."

Jisung berjalan ke arah kursi di dekat jendela. Disana terdapat lampu dan beberapa tanaman hias dekat jendela. Ternyata jika diteliti lagi, saat masuk ke toko buku ini Jisung sedikit tidak percaya.

Gaya dan interior yang lebih mirip seperti kafe membuat siapa saja akan mengira jika itu adalah kafe, tapi di sudut ruangan dan di tengah ruangan terdapat rak-rak buku yang tersusun sangat rapi.

Banyak pula lukisan di dinding dan ada juga yang dibiarkan di bawah. Bahkan ada tempat untuk bermain game sekaligus membaca buku di atas yang dilengkapi dengan kasur, selimut dan beberapa bantal kecil.

Suasana yang seperti ini lah yang Jisung cari. Kebayankan orang yang datang ke toko buku pasti tidak akan banyak suara. .

Dan di ujung dekat toilet ada counter makanan, pun mesin minuman di samping nya.

Sepertinya Jisung akan sering datang kesini untuk menghabiskan waktu nya.

Tak lama lelaki kasir yang memakai kemeja hitam itu datang dengan buku di pelukan nya. Dia menyodorkan pada Jisung, Jisung menerima nya.

"Membaca buku dengan segelas cokelat panas sepertinya cocok untuk kau yang terlihat kedinginan. Mau ku buatkan?"

"Iya. Dan sandwich daging, ada kan?"

"Ada. Sebentar ya."

Setelah kepergian lelaki itu Jisung mulai membuka buku nya. Membaca nya dalam diam dengan satu tangan dan tubuh nya yang menyender pada kursi. Ada beberapa orang yang melakukan hal yang sama dengan nya, bedanya mereka menyumpal telinga dengan earphone.

Sudah 10 halaman yang Jisung baca. Tepat setelah ia membalik halaman berikut nya lelaki itu datang. Meletakan secangkir cokelat panas dan sepiring sandwich daging.

"Silahkan dinikmati. Dan semoga kau betah berada disini."

Jisung hanya mengangguk. Ia tidak bisa terlalu akrab dengan orang asing, maklum saja jika respon nya seperti itu.

Jisung menutup buku nya terlebih dahulu dan tak lupa memberi lipatan kecil di ujung nya, karena buku tersebut tak memiliki pembatas. Lalu menyicipi cokelat panas yang langsung menghangatkan tubuh nya.

Ia sangat lapar karena langsung keluar begitu saja tanpa sarapan terlebih dahulu di apartement. Jisung memakan sandwich nya, begitu lahap sampai lelaki di meja kasir itu terkekeh pelan.

Lelaki itu mengambil note di dalam laci dan mulai menuliskan sesuatu.

Jisung sudah menyelesaikan sarapan nya dengan cepat. Hanya tersisa cokelat panas yang tinggal setengah. Ia mulai membaca kembali bukunya dan fokus sepenuhnya tanpa memperdulikan sekitar.

Banyak yang datang ke toko itu karena sedari tadi bel tak henti-henti nya berbunyi. Membuat Jisung sedikit terganggu akan hal itu.

Dilihat nya jam yang tak jauh dari nya sudah menujukkan pukul 3 sore. Jisung lupa waktu, ia harus kembali untuk menyelesaikan pekerjaan nya yang ditinggalkan nya begitu saja.

Tapi bacaan nya pun belum selesai. Jisung mengedarkan pandangan nya mencari lelaki kasir itu. Dan menemukan nya dekat meja kasir sedang meletakkan hiasan.

Jisung menghampiri nya. Membuat lelaki itu berjengit karena terkejut.

"Apakah aku bisa meminjam buku ini?"

"Tentu. Sini biar ku beri tanda di kartu dulu."

Jisung menyodorkan buku nya. Ia melihat lelaki itu menulis pada kartu yang berada di belakang buku.

"Aku juga mau membayar pesanan ku tadi."

Selagi Jisung membuka dompet nya lelaki itu mencuri kesempatan dengan menyelipkan note di antara lembar-lembar buku tersebut.

Lalu menerima uang Jisung dan tersenyum hangat.

"Terimakasih. Sering-sering lah datang."

"Namaku Chenle. Dan kau?"

"Jisung. Sampai jumpa, Chenle."









Tbc

Short Story [jichen]Where stories live. Discover now