[2] New Love

2.3K 380 1
                                    

Menaruh kepercayaan lebih pada seseorang biasa nya akan membuahkan kekecewaan. Itu lah yang tengah di rasakan Jisung.

Jisung menghela nafas. Menatap ke arah kursi penumpang yang penuh dengan hadiah dan kue. Sekali lagi ia menghela nafas.

Sungguh. Ia tidak pernah membayangkan akan hari ini yang akan membuat hati nya hancur.

Tidak pernah sekali pun. Jujur ia benar-benar marah pada dirinya sendiri. Kenapa ia tidak mengetahui hubungan gelap kekasih nya dengan orang lain.

Atau mungkin hubungan gelap disini adalah dirinya.

Tapi bagaimana mungkin. Ia sudah menjalin hubungan dengan Jaemin selama 2 tahun. Dan itu bukan waktu yang sebentar, menurut nya.

Kadang ia menemukan kejenuhan di mata sang kekasih. Tapi ia tak pernah membanyangkan kalau kekasih nya memilih mencari orang lain.

Apakah dirinya kurang? Apakah dirinya tidak memberikan cinta dan kasih sayang yang cukup?

Entah kenapa ia tak menghampiri Jaemin tadi. Hati nya bahkan sudah sangat sakit saat tau Jaemin menatap nya. Namun apa. Tak ada pergerakan sedikit pun dari sang kekasih.

Apakah ini akhir dari semua? Jisung sedikit frustasi saat ini. Ia tak ingin mabuk, tapi ia ingin sekali minum.

Pertama yang harus ia lakukan adalah membuang barang yang ada di kursi penumpang itu.

Tangan nya mengambil sekaligus bag itu. Menenteng nya menuju tempat sampah dekat minimarket.

Jisung sudah meninggalkan kawasan taman. Ia tak mau menodai matanya untuk sekedar melihat dua orang yang tak tau malu itu berciuman.

SRAK

Jisung melempar semua nya. Termasuk kotak mungil di saku nya. Dia tidak peduli jika ada yang mengambil nya lalu dijual. Untuk apa pula ia menyimpan barang yang tak lagi bertuan itu.

Namun sialnya saat ia melempar bag berisi kue, kue tersebut berhamburan dan mengenai sepatu lelaki mungil yang sedang duduk di depan minimarket.

Bukanya marah lelaki itu hanya menghela nafas dan lanjut meminum minuman nya. Jisung merasa tak enak, jadi ia mendekat dan mengeluarkan sapu tangan di saku kiri nya.

Berjongkok tepat di hadapan lelaki putih itu. Tangan nya dengan telaten mengelap cream kue di sepatu putih lelaki itu.

Agak sulit karna cream kue itu berwarna coklat. Tapi Jisung tak apa, ia harus bertanggung jawab karena ini adalah ulah nya.

Namun gerakan nya terhenti saat ada sebuah tangan yang menepuk bahu nya. Ia mendongak mendapati wajah manis namun terlihat memerah itu.

"Tak apa. Sepatu nya ingin aku buang."

Jisung menyerngit. Ia menatap sepatu putih itu lamat. Kenapa lelaki itu ingin membuang sepatu nya? Padahal jika dilihat sepatu itu masih sangat bagus.

"Memang masih bagus. Tapi harus ku buang."

Lelaki manis itu menyuruh Jisung untuk duduk. Pasti pegal karena berjongkok terlalu lama. Jisung menurut, ia ikut duduk di samping lelaki tersebut.

"Memangnya kenapa?"

Lelaki tersebut menghela nafas berat. Jisung menatap nya dengan sedikit iba, apakah lelaki di hadapan nya ini sedang memiliki masalah yang berat?

"Kenapa kau membuang kue nya? Padahal masih bisa di makan."

"Memang masih bisa di makan. Tapi harus di buang."

"Uh, kenapa?"

Jisung tak menjawab, ia menyuruh lelaki itu untuk tetap diam disana. Sementara dirinya masuk ke dalam minimarket mengambil beberapa snack dan air mineral. Jisung mengubah tujuan nya yang tadi nya ingin minum bir menjadi air mineral.

Setelah membayar ia kembali ke tempat dimana lelaki itu berada. Menaruh sekantung plastik berisi snack di meja. Dan menyodorkan ramyeon di hadapan lelaki tersebut.

"Kau membelikan ku ramyeon? Kenapa baik sekali, padahal aku orang asing."

"Jisung." ucap Jisung sambil mengulurkan tangan bermaksud untuk berkenalan.

Lelaki itu terlihat bingung, namun tetap menerima uluran tangan Jisung.

"Chenle."

"Nah sudah kan, kita sudah berkenalan jadi bukan orang asing lagi."

Jisung sedikit terkejut akan ucapan spontan nya. Ia merutuki kebodohan nya dalam hati. Bagaimana bisa ia berbicara enteng seperti itu pada orang yang baru ia temui.

"Ah, o-oke. Terimakasih ya ramyeon nya."

Jisung mengangguk. Ia mulai menyantap ramyeon nya sama seperti yang Chenle lakukan.

Sesekali lelaki manis itu menarik ingus nya, dan sesekali pula Jisung memberikan tisu. Begitu terus sampai ramyeon mereka habis.

"Ah kenyang nya. Cape juga menangis sedari tadi."

"Kenapa?"

"Eh-" Chenle memukul mulut nya. Ia menunduk saat tau jika dirinya keceplosan mengatakan itu. Itu juga spontan keluar dari mulut nya begitu saja.

Tapi saat matanya menatap kotak berpita silver di bawah meja membuat ia menendang kotak tersebut hingga bertabrakan dengan tote bag yang Jisung buang.

Selain terkejut Jisung juga menatap heran ke arah Chenle. Lelaki itu terlihat jelas menahan tangis karena mata nya yang berkaca-kaca.

"Jika kau ada masalah cerita lah. Mungkin akan membuat mu lega."

Chenle menoleh. Ia menggigit bibir nya, Jisung itu orang yang baru di temui nya. Apakah pantas bercerita masalah pribadi pada orang baru?

"Eum.. Eh itu kenapa kau tadi membuang kue, keliatan nya enak."

"Iya enak. Tapi sudah busuk."

"Kau ada masalah juga?"

Chenle menunduk. Ia merasa sudah lancang berkata seperti itu. Takut jika Jisung marah, jadi ia dengan cepat mendongak.

"Maaf.. Maaf Jisung-ssi, a-aku tida--"

"Hm iya. Aku sedang ada masalah."

"Cinta kah?" lagi, Chenle memukul mulutnya yang tak sopan ini.

"Jangan dipukul lagi. Bibir mu bisa sakit."

Chenle menghentikan nya. Ia kembali menatap Jisung, seperti hendak mendengar cerita dari lelaki tinggi itu.

"Kau terlihat penasaran sekali.."

"Eh.. Sangat jelas ya? Tapi tidak perlu bercerita jika tida--"

"Bagaimana jika kita ke lapangan itu." tunjuk Jisung ke arah lapangan depan minimarket.

"Aku butuh tempat cerita. Kalau disini banyak orang, nanti mereka dengar. Bagaimana, kau mau?"














Tbc

Short Story [jichen]Where stories live. Discover now