Make U Mine

1.8K 234 12
                                    

Tw// mention of 🔞


Chenle berjalan keluar dari kampus dengan tangan kanan membawa setumpuk buku yang lumayan tebal, kacamata yang bertengger di hidungnya sedikit menurun, Chenle semakin terlihat menggemaskan karena poni rambut yang jatuh ke bawah.

Beberapa kenalannya menyapa, sesekali Chenle berhenti hanya untuk berbasa-basi dengan teman yang berbeda fakultas. Chenle memang dikenal sebagai pribadi yang ceria dan positif. Tak heran jika banyak sekali yang mengenalnya di kampus.

Sedikit kesusahan membawa tumpukan buku membuat Chenle sering kali menghentikan langkahnya untuk sekedar membenarkan kembali posisi buku yang kembali turun dari pelukannya.

"Hei, Chenle.. Banyak sekali kau bawa buku." Mark merangkul pundak adik tingkatnya itu sambil tertawa. Bahkan tidak ada hal yang lucu.

Chenle menatap sinis ke arah Mark yang sekarang menatapnya dengan ekspresi polos.

"Hyung, lebih baik kau bantu aku." Chenle segera memberikan sebagian bukunya ke tangan Mark yang kosong.

Mark sedikit protes, kenapa jadi dia yang membawa buku tebal milik lelaki berkacamata itu. Dia kan hanya berniat menyapa lalu berkencan dengan kekasihnya.

"Aku ada kencan dengan Haechan."

Chenle menoleh, dia hampir memukul kepala kakak tingkatnya itu. "Haechan itu temanku, dan kau bisa jadian dengannya juga karena bantuanku, jangan lupa berbalas budi."

Mark mendengus, akhirnya dia mengikuti kemana Chenle melangkah. "Kalau begitu kau tidak ikhlas membantu."

"Orang pintar sepertiku harus bisa mengendalikan keadaan, kesempatan kecil seperti ini harus ku gunakan. Setidaknya beban ku terasa lebih ringan."

Mereka berdua melangkah menuju kamar Chenle, kampus ini memiliki asrama. Chenle sedikit senang karena dia bisa tinggal sendiri. Dia merasa tidak nyaman jika harus tinggal dirumahnya.

Setelah membuka pintu, Chenle menyuruh Mark masuk dan meletakkan buku di meja kecil yang ada di samping pintu.

Mark meletakkan buku itu di sana, kemudian dia langsung pamit dengan terburu-buru. Mengejar waktu yang sudah disepakati untuk berkencan dengan Haechan.

Sebelum Mark pergi Chenle sudah mengucapkan terima kasih dan menyuruh Mark untuk minum terlebih dahulu. Namun lelaki itu menolak dan langsung berlari seperti orang kesetanan.

Belum sempat menutup pintu dengan rapat, seseorang dari luar menahannya. Chenle sedikit terkejut, tapi dia tetap mendorong pintunya agar tertutup rapat dan terkunci.

Tapi lagi-lagi seseorang menahannya dengan kuat, chenle yang belum sempat makan siang tidak memiliki banyak tenaga. Tapi dia berusaha untuk tetap menutup pintunya.

Namun kali ini muncul sebuah tangan, memegang knop pintu yang juga sedang dipegang Chenle.

Chenle kenal tangan ini! Tangan yang memiliki tato mawar kecil di jari manis itu sangat familiar.

Seketika badan Chenle kaku, tangannya tiba-tiba lemas dan dalam hitungan detik pintu itu sukses terbuka lebar. Menampilkan seseorang yang memakai pakaian serba hitam.

Chenle yang tahu betul siapa itu, mulai memundurkan kakinya. Tangannya sedikit gemetar dan wajahnya yang sekarang menjadi pucat pasi.

Seseorang yang kini berdiri tegak di depan pintu membuka topi dan masker yang menutupi wajahnya. Seringai tipis terlihat di sudut bibirnya yang terangkat. Mata tajamnya menyala, mengisyaratkan kemarahan di dalamnya.

Short Story [jichen]Where stories live. Discover now