[1] Neophyte

1.3K 236 6
                                    

Berbekal dengan topi dan masker Jisung keluar dari apartemen nya menuju taman yang jaraknya tak jauh dari tempat tinggal nya.

Beberapa kali ia merutuk dalam hati sebab terlalu banyak orang yang menabrakan bahu nya pada dirinya.

Ini memang sudah sore, orang-orang pasti lelah setelah bekerja. Tapi itu keterlaluan, mereka pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata maaf.

Sebenarnya Jisung tak peduli. Tapi ia sedang kesal saat ini, yang mana hal kecil seperti itu membuat emosi nya meningkat. Saat hendak protes, dirinya merengut kesal karna orang yang menabrak nya sudah jauh di ujung sana.

Kembali ia membalikan badan nya dan melanjutkan perjalanan nya yang terhenti. Kaki nya yang panjang mendahului langkah-langkah lesu orang-orang yang menyebrang jalan.

Setelah melewati hal-hal yang menguras tenaga dan emosi, akhirnya ia sampai di taman.

Duduk menyendiri di bangku taman dekat kolam, itu sudah menjadi tempat pribadi untuk nya jika datang ke sana.

Bagai hak paten, semua orang tidak akan ikut duduk bersama nya saat dirinya mendudukan diri di bangku tersebut. Seolah semua orang takut jika berdekatan dengan nya.

Memang benar, dirinya yang tak ramah membuat siapa saja tak betah berlama-lama berada di sekitar nya.

Terlebih ayah dan ibu nya yang memilih pergi daripada berada di sekitar Jisung. Apa semengerikan itu? Ya, Jisung akui. Dirinya memang mengerikan.

Setelah membenarkan letak topi nya yang sedikit bergeser, Jisung mulai membuka buku yang ia bawa dari apartement.

Setiap jumat sore dirinya akan datang ke taman untuk sekedar membaca buku atau berdiam diri saja. Hal itu ia lakukan sudah 2 tahun belakang ini.

Memang membosankan, tapi hal itu justru membuat nya merasa lebih baik. Di banding ikut pesta bersama anak kampus di tempat berisik.

Ah, anak kampus saja tidak ada yang mau berdekatan dengan dirinya. Sebab kata 'tidak ramah' sudah melekat di dalam dirinya.

Sebenarnya hal itu tidak merugikan Jisung. Melainkan menguntungkan bagi nya, karna Jisung adalah seorang penyendiri dan suka kedamaian. Tempat keramaian akan membuat nya sesak.

Mencoba untuk fokus pada buku nya yang sudah terbuka lebar, namun beberapa balon air terbang ke arah nya. Hal itu sangat mengganggu.

Sambil berdecak ia menutup kasar buku nya, lalu menatap sinis pada beberapa gerombolan anak kecil beserta satu orang dewasa di tengah nya.

Mereka duduk melingkar dengan lelaki dewasa yang berada di tengah menjadi pusat nya. Sibuk meniup balon air tersebut sampai tidak sadar jika hal itu sangat mengganggu seseorang yang duduk menyendiri di bangku dekat kolam yang tak jauh dari mereka menggelar karpet.

"Bisakah kau berhenti melakukan itu? Itu sangat mengganggu!" sengaja suara nya ia tinggi kan agar lelaki itu mendengar nya.

Dan hal itu berhasil, mereka semua menoleh dan menatap heran Jisung. Yang ditatap jelas merengut kesal dan menghampiri. Merampas botol air balon tersebut lalu membuang nya kasar.

Lelaki itu terkejut dan bangkit dari duduk nya. Beberapa anak itu sudah menahan tangis karna wajah dingin Jisung yang menatap mereka tak suka.

"Hei, ada apa? Kenapa kau membuang nya?"

Jisung memutar mata malas. Ia menatap tajam lelaki yang lebih pendek darinya itu.

"Balon air sialan itu mengganggu ku. Dan cepat sana kalian pindah dari sini."

"Tapi kau bisa bicara baik-baik. Apa kau tak lihat anak-anak itu menahan tangis karna mainan mereka kau buang?"

"Aku tak peduli. Dan itu bukan urusan ku."

Short Story [jichen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang