If you live..

2K 293 28
                                    


"Lo jadi pindahan hari ini?"

Jisung mengangguk, masih sibuk dengan beberapa buku yang ia masukan ke dalam kardus.

Sedang Jeno hanya duduk diam di sofa tanpa membantu teman nya.

"Sorry, gue gak bisa bantu. Hari ini ada pemotretan." lanjut Jeno mulai merebahkan tubuhnya di sofa.

"Ya gapapa. Dari tadi juga lo gak bantu apa-apa."

Kekehan terdengar di ruangan kecil itu. Hari ini Jisung pindah dari apartemen ke sebuah rumah yang sudah di belinya.

Jisung sudah lama merantau di kota orang. Dari mulai dirinya hanya menjadi karyawan biasa hingga menjadi direktur utama, diangkat langsung oleh Tuan Kim. Seorang pria berumur yang hidup seorang diri, menganggap Jisung seperti anak sendiri.

Lagipula Jisung juga yatim piatu. Dia sama sekali tidak keberatan saat Tuan Kim memintanya sebagai anak angkat, bukan Jisung gila harta. Tapi ia rindu sosok ayah.

Kenapa Jisung tidak tinggal dengan Tuan Kim? Jisung masih sungkan. Dengan memikirkan masa yang akan datang, Jisung lebih memilih membeli rumah sendiri dan letaknya tidak terlalu jauh dengan kediaman Tuan Kim.

Pukul 2 siang Jeno pamit. Lelaki yang suka sekali tersenyum itu harus mulai pemotretan pukul 3, dengan rasa tak enak dia meninggalkan Jisung seorang diri.

Jisung sudah siap untuk memulai pemindahan barang. Dia juga sudah menyewa jasa pindahan, jadi tidak terlalu repot harus memindahkan barang seorang diri.

Di mobilnya sudah banyak kardus berisi buku buku dan beberapa koper. Jisung menjalankan mobilnya terlebih dulu diikuti oleh mobil pengangkut barang di belakang nya.

15 menit mereka sampai, rumah dengan dua lantai itu terlihat menawan karena pagar tinggi nya. Serta beberapa bunga di sekitaran taman kecil.

Mereka mulai menurunkan barang, membawa nya masuk ke dalam rumah dengan instruksi Jisung.

Satu jam berlalu begitu saja dengan menurunkan barang juga Jisung yang merapikan sedikit letak beberapa barang yang seharusnya.

"Papa~"

Jisung menoleh, dia tersenyum lembut saat putranya bangun dari tidur. Jisung menghampiri putra kecilnya yang meminta di gendong.

Anak laki-laki mungil dan menggemaskan itu tertawa membalas senyuman sang ayah. Lelah yang Jisung rasakan tadi hilang begitu saja.

Park Min Joon, sama seperti dirinya. Jisung mengadopsi anak itu dari panti asuhan ketika dia sedang iseng pergi ke salah satu panti dekat kantor.

Melihat bagaimana Min Joon merangkak ke arah nya saat Jisung tiba di kamar balita, hati Jisung menghangat. Tanpa pikir panjang dia langsung mengurus surat adopsi.

"Mau bantu appa beres-beres, hm?"

Jisung mencium pipi sang anak gemas. Wajah manis Min Joon terasa sia-sia jika tidak sering-sering dia cium.

Tepukan di dada nya membuat Jisung terkekeh. "Baiklah baiklah. Min Joon bantu appa meletakkan bingkai ini, oke?"

Jisung menurunkan sang anak, memberikan beberapa bingkai kecil yang berisikan foto-foto mereka berdua.

Tangan kecil itu mulai mengambil satu bingkai dan membawa benda tersebut ke arah meja kecil di sudut ruangan, sambil menyeret bingkai dengan tangan kecilnya Min Joon terus tertawa dengan air liur yang keluar dari mulutnya.

Jisung pergi mengambil tisu di tas, lalu mengelap mulut sang anak dan lantai yang terkena tetesan air liur Min Joon.

Sang anak sibuk sendiri dengan bingkai nya, Jisung kembali mengeluarkan beberapa barang dan mulai merapikan nya kembali.

Short Story [jichen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang