22. Apakah Ini Masalah Hidup?

1.4K 178 3
                                    

Terbayang enggak sih dibenak kalian tentang gambaran calon imam?

Seperti apa sih yang masuk kriteria menurut kata idaman

Mapan, berpenghasilan tetap, pintar agama, setia, sayang orang tua, pengertian, dan ini point plus plus nya yaitu ganteng.

Siapa sih yang enggak mau punya calon dengan paket lengkap kayak diatas?

Omong-omong soal imam, udah waktunya buat aku membina rumah tangga. Udah waktunya buka hati buat seseorang, dan mencoba berpikir kalau enggak semua lelaki itu bakal berpoligami.

Sebenarnya takut, enggak siap juga dengan permasalahan yang akan dihadapi pasca menikah. Tapi yang namanya perempuan, ya pasti bakalan menikah kan? Hidup sama suami dan menjalani rumah tangga berdua. Susah senangnya ada, semua harus terlewati untuk jadi sempurna.

"Jodoh aja dipikirin sampai segitunya Sya. Kalau emang jodoh ya nanti pasti bakalan nikah, beres!"

Aku menyunggingkan senyum kecil, kedatangannya membuatku menggeser posisi, "Iya iya, yang situ bentar lagi nikah. Eh gimana tuh pas waktu lamar anak orang kak?"

"Asik."

"Asiknya?" tanyaku yang belum puas dengan jawabannya.

"Ya asik aja, enggak nyangka aja gitu berani ngelamar anak orang. Dan alhamdulilah nya enggak di tolak. Kamu tahu Sya, mama bahagia banget loh waktu kakak bilang mau nikah."

Aku menatapnya, "Kapan rencana nikahnya?" Maaf ya kak waktu itu Syarin enggak bisa ikutan. Bukan kemauan Syarin juga."

"Iya, kayak sama siapa aja sih Sya. Acaranya waktu itu lancar, kalau masalah pernikahan, dari pihak sana minta setelah 6 bulan dari acara lamaran waktu itu."

Aku mengangguk mengerti, dan ada satu pertanyaan yang ingin aku tanyakan. "Kak." panggilku.

Aku mengubah posisi duduk agar berhadapan langsung dengan Kak Abas. "Kakak udah ngasih tahu ini ke dokter Azzam?"

Mendengar pertanyaanku, kak Abas malah terdiam dan setelahnya menggeleng pelan. "Kakak canggung mau ngasih tahu papa. Ya masa mama sih yang ngasih tahu, malah enggak mungkin itu."

Mataku terpejam, "Besok biar Syarin aja yang ngasih tahu dokter Azzam. Enggak enak juga kalau pertemuan keluarga cuma dokter Azzam yang enggak datang." entah setan dari mana aku tiba-tiba menawarkan diri untuk itu.

Ah aku benar-benar sudah kehilangan akal.

"Ya udah kalau gitu. Bilang juga ada pertemuan keluarga Minggu depan, ya cuma bahas bahas tentang keperluan pernikahan aja sih Sya. Nanti kakak juga bakal ngasih tahu mama kalau Minggu depan papa juga ikut datang. Biar enggak terlalu shock aja sih. Tahu sendiri kan kamu gimana mama orangnya."

Ya, aku juga enggak bisa bayangin kalau mama sama dokter Azzam ada disatu tempat dan ruangan yang sama. Betapa canggungnya mereka.

Aku tersenyum "Iya, nanti Syarin sempetin bilang ke dokter Azzam."

"Loh katanya kamu yang mau ngasih tahu, kok pake kata sempetin sih Sya. Enggak pasti banget." protes kak Abas. Iya juga ya.

"Iya, iya."

°•°•°•°

Rabu, sekarang hari Rabu. Dan dari semalam aku tak berhenti memikirkan tentang penawaran yang sempat aku berikan. Yang artinya aku nanti akan menemui dokter Azzam dan memberitahu dia perihal acara nikahan kak Abas.

Kalau begini namanya aku yang menciptakan frekuensi pertemuan antara aku dan dia semakin besar.

Aku menggeleng pelan, pusing juga kalau terus di pikirkan. Menatap mama, dan ternyata dia juga menatapku. "Kenapa ma?"

Assalamualaikum Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang