8. Ketakutan Mama

2.1K 189 16
                                    

Kasih sayang seorang ibu ke anaknya itu enggak ada batasnya. Tapi, kasih sayang anak ke ibu, suatu saat akan berubah. Itu yang mama takutkan, Syarin.
____________

Sesuai ucapan ku tadi, aku tak akan bersedih lagi tentang apapun soal dokter Azzam. Sekarang, yang harus aku fokuskan adalah masa depan. Dan dokter Azzam adalah masa lalu ku. Bahkan kami sekarang menjadi orang asing.

"Sya."

Aku menghentikan langkahku saat ada suara yang memanggilku. Aku berbalik dan mendapati perempuan tempo hari lalu, tengah berjalan mendekat ke arahku.

"Jihan." lirihku.

"Apa kabar?"

Aku mengerjapkan mata berulang kali, "Baik." jawabku pelan.

Aku menatap Jihan sesaat, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan.

Melihat Jihan, rasanya aku tak sanggup jika harus menjauhi perempuan itu. Apalagi disaat pertemuan pertama kami, saat dirinya dengan cepat memintaku untuk menjadi teman baiknya.

Mungkin tidak secara gamblang memintaku menjadi temannya. Namun saat dia berkata 'jadi teman baik ya' itu sudah menyatakan jika dia berharap aku mau menjadi temannya.

Aku sudah dewasa, umurku juga sudah 25 tahun. Tak sepantasnya aku menjauhi Jihan hanya karena dia keponakan dari dokter Azzam.

Tunggu? Keponakan?

Jihan itu keponakan dokter Azzam dari siapa? Dari dokter Azzam sendiri atau dari wanita bernama Wulan itu?

Astaghfirullah

"Sya."

Aku tersentak kaget saat Jihan kembali memanggil, dan diakhiri tepukan dipundak ku.

"Kok ngelamun? Lagi mikirin apa?" tanyanya.

Aku menggeleng, mana ada aku melamun. Orang aku lagi berpikir kok. Astaghfirullah semua orang kenapa jadi suka bilang aku melamun.

"Enggak kok. Oh iya, aku boleh tanya sesuatu?" tanyaku hati-hati. Persetan dengan apapun jawabannya, aku harus bertanya pada Jihan tentang status dirinya.

"Apa?"

Seolah mendapat izin aku melirik kanan dan kiri. Lorong rumah sakit yang sejalan dengan ruang inkubator terlihat sepi, bahkan tidak ada satu orang pun yang lewat. Maklum, namanya juga ruang inkubator. Ruangan khusus bayi, mana ada riweh nya sih, yang ada tuh sunyi-sunyi kek gini.

"Kamu keponakan dari prof--maksud ku dokter Azzam kan?"

Terlihat Jihan kebingungan akan pertanyaan ku barusan. Tapi tak urung juga dia mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa emangnya Sya?"

"Keponakan dari dokter Azzam nya atau istrinya?"

"Emangnya kenapa?" tanya Jihan tanpa menjawab pertanyaan ku.

"Jawab dulu pertanyaan ku. Aku mohon Jihan." ucapku.

"Tapi--ah kamu kok aneh gini sih Sya. Kenapa juga tanya-tanya aku keponakan dokter Azzam dari siapa nya? Kenapa? Jangan buat aku kepo dong."

Aku mengusap wajahku frustasi, apa tanggapan Jihan jika tahu aku ini adalah anak perempuan dari dokter Azzam?

Apa tanggapan nya?

"Tapi ya udahlah kalau kamu gak mau bilang. Aku sih keponakan profesor Azzam, ya dari profesor Azzam nya lah."

Aku menghela napas lega. Untung saja.

Assalamualaikum Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang