31. Comparison

1.6K 181 11
                                    

Jangan saling kejar-kejaran. Kamu mengejar dia, dia mengejar lainnya, dan ada seseorang yang mengejar kamu dibelakang.
_______________

"Loh ya, Jihan lagi yang kena. Ya mana Jihan tahu kalau di rumah sakit, Syarin suka sama siapa dan kenapa bisa suka. Dikira pengangguran kali ya, sampai harus tahu setiap peristiwa dan kejadian disekitar aku gitu?"

"Bukan gitu. Orang mama cuma tanya sejak kapan Syarin suka sama pasiennya sendiri." kilah Ziha, membalas perkataan anaknya.

"Bukan sekedar pasien kali ma. Mantan dosen Syarin juga, ya gak kaget lah. Mungkin Syarin nya sendiri udah suka dari lama, dan baru ngerasa benar-benar patah hati ya sekarang ini."

"Tapi, kok mama kepo sih. Rempong banget jadi ibu-ibu, diam-diam kek jangan kepo percintaan orang." lanjut Jihan yang membuat ibunya melotot tak terima.

"Gini loh Han. Kemarin kan mama main ke rumah kak Syasya, niatnya sih ajak dia buat ke dokter kandungan. Tapi kak Syasya nya gak bisa, soalnya kondisi Syarin lagi enggak baik-baik aja, ya otomatis mama tanya dong kenapa sama Syarin. Yaudah deh kak Syasya cerita, herannya Syarin yang kelihatan cuek kayak gitu, bisa juga ya jatuh cinta."

Jihan yang mendengarkan penjelasan mamanya menghela napas panjang. "Cuek enggak berarti gak punya perasaan mama. Nanti kalau Syarin abis pulang dari Singapore, baru deh Jihan ajak dia bicara."

"Emang kapan ke Singapore nya? Kak Syasya cerita sih kalau Syarin mau ke Singapore ditemani kak Azzam. Katanya training mesin baru ya? Kapan berangkatnya? Kok kamu enggak ikut-ikutan ke Singapore sih?" tanya Ziha, bertubi-tubi pada sang anak.

"Nanti malam, penerbangan terakhir. Ya kan Jihan bukan bagian dari tim kecilnya Syarin. Kita tuh cuma satu tim koas stase bedah, bukan satuan tim kecil antara koas dan pembimbing."

"Oh gitu."

"Hmm iya."

°•°•°•°•°

Aku sama sekali tak pernah menyangka jika bisa jatuh cinta pada pak Abi dalam hitungan bulan. Memang dia orangnya baik, dari aku masih menjadi mahasiswi nya sampai kita dipertemukan kembali, sifat pak Abi tidaklah pernah berubah.

Dan itulah yang membuatku tertarik padanya. Terlebih ketika hampir 2 bulan aku menemaninya memulihkan keadaan di rumah sakit. Aku kira pun perhatiannya selama ini bentuk dari rasa sukanya. Nyatanya pak Abi hanya peduli, tanpa memberikan hatinya.

Gampang sekali bukan aku menafsirkan sesuatu. Ini seperti bukan diriku saja, hahaha aku rasa aku memang berubah karena pak Abi.

Konyolnya patah hati itu masih bersarang dihatiku, tak menyangka juga pak Abi sudah bertunangan dan akan segera menikah. Gila kan? Aku menyukai lelaki orang.

"Mau makan dulu enggak? Masih ada waktu sebelum naik ke pesawat. Gimana Sya?"

"Enggak usah deh pa. Lagi gak nafsu makan, gak lapar juga." tolak ku. Dua hari dari kemarin, frekuensi bicaraku menurun drastis, masih saja galau karena kenyataan yang ada.

Aku merasakan ucapan pelan dibahu ku. Menatap papa sesaat, dan setelahnya aku bersandar di bahunya. "Sakit ya pa, kalau cinta bertepuk sebelah tangan. Lebihnya juga kenapa aku harus jatuh cinta ke pak Abi? Aku juga dengan bodohnya menganggap perlakukan pak Abi selama ini ke aku, adalah bentuk dari rasa sukanya. Ternyata enggak, jadinya kecewa deh."

Assalamualaikum Cinta 2Where stories live. Discover now