24. Ajakan Papa

1.5K 195 12
                                    

Karena terlalu terbawa emosi akan pembicaraan antara aku dan dokter Afnan kemarin. Aku sampai lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahun mama, dan bodohnya aku sampai membuat mama khawatir karena tidak pulang semalaman.

Oke, aku salah. Tapi semua ini karena dokter Afnan!

Tadi jam 6 aku sempatkan pulang sebentar ke rumah. Sebenarnya hari ini ada sesi pelatihan koas yang di mulai nanti pukul 7 pagi. Dan karena dari kemarin aku belum pulang dan memutuskan istirahat di ruangan dokter Alfred, jadinya enggak ada lagi buat sekedar pulang untuk beristirahat.

Ya, namanya Alfred. Gitu aja kok marah, emang harus apa semua orang tahu nama dia? Benar-benar membantu dengan pamrih.

"Kok dari tadi aku perhatikan kamu kayak kurang fokus gitu Sya. Ada apa?"

Aku menoleh dan memberikan senyum kecil pada pak Abi. "Enggak apa-apa kok pak, cuma kepikiran mama aja."

"Soal kamu yang lupa hari ulang tahunnya?"

Aku mengangguk

"Yang penting tadi pagi kamu udah sempatkan diri untuk pulang ke rumah dan meminta maaf serta mengucapkan selamat ulang tahun kan ke mama kamu. Jadi enggak masalah, beliau juga pasti paham alasan kamu sampai lupa. Maklum ini pertama kalinya kamu lupa kan? Benar?"

Dengan cepat aku mengangguk, tidak pernah sekalipun aku melupakan hari istimewa bagi mama. Dan ini kali pertamanya.

"Udah jam 10 Sya. Katanya mau follow-up dan buat laporan. Saya nanti bisa kok ke bagian ortopedi sendirian. Makasih udah mau jenguk saya dan mengkhawatirkan saya."

Memang benar, sudah jam 10. Tapi jika untuk mengantarkan saya, rasanya enggak memakan waktu lama. Satu tempat juga kan, meskipun beda lantai.

"Dari lantai 1 ke lantai 2 enggak makan waktu lama kok pak. Syarin antar aja ya?"

"Enggak usah, saya bisa kok. Lagian juga ke sananya naik lift, bukan naik tangga."

Yaa aku juga tahu, mana bisa kalau naik pakai tangga, ya kan?

"Serius nih ya, kalau gitu saya tinggal ya dok. Oh iya sampe lupa, nanti kayaknya mama bakalan ke sini deh sama kakak saya. Tadi saya sempat cerita dikit ke mama soal pak Abi yang abis kecelakaan." jelasku. Membuat dia tersenyum lebar.

"Lama juga ya enggak ketemu Tante Syasya. Dulu orang tua mahasiswa yang lumayan Deket ya sama mama kamu. Orangnya asik, kayak anaknya."

Eh

Apa?

Buat anak orang malu aja, ya emang sih aku itu orangnya asik. Udah asik, baik, sabar, pengertian lagi. Ya sekiranya itulah aku, terdengar seperti membanggakan diri sendiri. Because, respecting yourself is important

"Kalau gitu saya pamit ya pak. Assalamualaikum, sampai bertemu nanti."

°•°•°•°

Aku tertawa lepas, mendengar lelucon para koas disini. Jarang-jarang aku mau diajak makan siang bersama, bahkan enggak terhitung ada berapa koas disini, bersamaku. Mungkin lebih dari 20 orang.

Selain makan siang bersama, acara ini juga sebagai bentuk kerja sama kami dalam tim, selama satu bulan menjadi dokter muda. Terlihat berlebihan, tapi setiap momen wajib untuk dihargai. Lagipula kerja keras kami disini sebagai awal kami menuju kesuksesan.

"Gue baru pertama kali tahu enggak, lihat Syarin ketawa ngakak kayak gitu. Gila, pertama kalinya woy."

Aku mengulas senyum kecil, apa sebegitu jarangnya aku tertawa?

Assalamualaikum Cinta 2Where stories live. Discover now