56. Penuh Makna

1.2K 189 10
                                    

Bersyukur atas segala hal yang terjadi, membuat hati terasa lega. Seolah beban yang sempat dirasakan mulai perlahan menghilang, seperti aku yang belajar ikhlas dengan semuanya.

Meskipun tak sesuai kehendak, tapi Allah pasti punya skenario lain yang lebih indah. Mungkin lebih baik dari yang sebelumnya.

Keputusan yang aku setuju bersama mas Al, benar-benar terealisasikan hari ini. Dimana kami berdua sudah berdiri dihadapan seorang wanita yang merupakan wedding organizer, untuk pernikahan kami.

"Tapi uang muka tidak bisa di kembalikan penuh ya Pak, Bu. Karena persiapan juga sudah 80% dan itupun hampir selesai semuanya. Sayang banget sih, tapi ya gimana lagi." jelas wanita itu.

Baik aku dan mas Al sudah memahami. Dan kami tidak keberatan tentang masalah uang, ya karena ini pembatalan dari pihak kami sendiri.

"Iya, saya paham. Sebelumnya saya minta maaf karena membatalkan acaranya." ucap mas Al.

"Iya tidak apa-apa Pak."

Sekitar 15 menitan setelah mengurus masalah terkait pembatalan acara, aku dan mas Al terlebih dahulu pamit pergi karena harus menemui Papa dan Mama yang niatnya hari ini akan berangkat ke NTT. Kalau tidak dipaksa liburan, dua orang itu akan terus menghabiskan waktu di Jakarta dan Papa yang selalu disibukkan pekerjaan rumah sakit.

Apalagi masalah yang sempat terjadi antara aku dan mas Al. Merasa bersalah karena membuat beban pikiran kedua orang tuaku bertambah. Dan sebagai gantinya, aku dan mas Al mengatur liburan mereka di NTT dan destinasi pertama di Labuan Bajo.

Berharap mereka menghabiskan waktu berdua dengan bahagia.

"Mas, ini Papa bilang kalau kita ketemuan langsung di bandara aja." ucapku memberitahukan selepas memasuki mobil.

"Terus Papa sama Mama berangkat sama siapa?"

"Diantar kak Abas sama mbak Alya. Nanti jam 11 berangkat, jadi masih ada waktu 2 jam sebelum ke bandara. Makan dulu ya mas, udah lapar soalnya." pintaku. Tanpa banyak bicara mas Al langsung mengemudikan mobil menuju restoran terdekat.

Di dalam mobil sangat hening, aku pun sibuk menatap jalanan di luar kaca mobil. Terlalu banyak pengendara mobil, membuatku bosan sendiri melihatnya.

"Mas." panggilku.

"Iya?" jawabnya tanpa melepaskan pandangan dari kemudi.

"Kapan ya kita juga liburan di Labuan Bajo, lihat di internet tempatnya itu bagus banget, jadi kepingin deh." aku menyuarakan keinginanku. Berharap mas Al merespon dengan baik. Seperti sebelumnya.

"Ya nanti saya ajak kamu ke sana."

Hah?

"Kapan?"

"Kamu maunya kapan?"

Ah, jadi meleleh deh. Ini nih, yang aku rindukan dari mas Al. Untung aja permasalahan diantara kita udah selesai dan dia udah balik ke mode baik-baik saja. Tidak seperti waktu itu, huu dingin banget, gak diajak ngomong sama sekali.

Aku memutuskan tidak menjawab pertanyaan, kembali diam dan memalingkan wajahnya menatap kembali ke jalanan. Entah kenapa hatiku berbunga-bunga, seolah ini adalah yang pertama kalinya.

°•°•°•°

"Hati-hati ya, nanti kalau udah sampai kabarin Syarin. Nikmati liburannya Ma, Pa." aku memeluk tubuh Mama sangat erat.

Ini kali pertama Mama pergi naik pesawat tanpa aku dan kak Abas. Rasanya senang sekali melihat Mama yang terus bahagia karena bisa kembali bersama Papa.

Assalamualaikum Cinta 2Where stories live. Discover now