35. Sesuatu

1.5K 171 4
                                    

Perjalanan yang memakan waktu beberapa jam akhirnya berakhir, dengan aku yang mengalami jatlag.

Mual-mual dan bawaannya mau tiduran aja. Bahkan sampai rumah aku langsung masuk ke dalam kamar meninggalkan papa berdua dengan mama.

Pembicaraan semalam di Singapore cukup buatku terganggu. Terlebih berkali-kali Najwa merengek ingin ikut bersamaku, tidur berdua dan terakhir mau ikut pulang ke Jakarta. Mengingat dokter Afnan baru akan balik dari Singapore seminggu lagi.

"Ya kok udah sore aja sih. Perasaan baru aja tidur, untung lagi halangan sholat." gumamku, dengan berat hati melangkah menuju kamar mandi.

Hanya sekedar mencuci muka dan menggosokkan gigi. Setelahnya keluar kamar dan terkejut mendapati papa yang tengah bercengkrama dengan kak Abas.

"Udan bangun Sya. Nyenyak banget tidurnya, tadi dicariin Alya loh. Baru aja pulang sama orang tuanya." kak Abas berucap setelah aku mengambil duduk di samping papa.

"Loh iya? Silaturahmi ya? Kok gak bangunin Syarin sih kak, padahal kan Syarin kepo sama kak Alya. Cuma lihat wajahnya lewat foto aja, pasti aslinya lebih cantik."

"Hooh, lain kali. Kalau enggak ya nanti main-main ke pesantren Abinya Alya."

Aku hanya mengangguk, menatap kak Abas guna menanyakan keberadaan mama.

Tapi yang aku dapat hanya gelengan kepala. Aku kembali berpikir, apakah mama masih tidak terima dan masih belum bisa berdamai dengan masa lalu? Aku tak akan menghakimi mama, akupun juga pernah seperti itu. Hanya waktu yang bisa merubah segalanya.

"Papa udah istirahat?"

"Belum, abis ini papa juga mau pulang."

"Oh."

Aku tak bertanya lagi, masih mengumpulkan puing-puing semangat untuk membuang rasa kantuk ini. Ah, pingin tidur lagi deh jadinya.

°•°•°•°

Pagi-pagi sekali, jam 5 aku sudah berangkat ke rumah sakit karena mesin-mesin baru dari Singapore sudah tiba, dan aku yang ditugaskan untuk mengarahkan cara penggunaannya.

"Beberapa hari enggak ketemu kamu di rumah sakit, enggak enak ya Sya. Enggak ada temen aku, huh." ucap Jihan yang saat ini tengah berada di lorong bersamaku.

Kami berdua sedang menunggu kedatangan dokter Alfred, karena beliau yang memegang kendali atas pengarahan ini.

Jam 6 kurang 5 menit. Sudah hampir setengah jam aku menunggunya, sejak dari sampai ke rumah sakit sampai mengobrol dengan Jihan.

"Kan ada anak-anak yang lain juga. Lebay deh." godaku.

Omong-omong, hari ini aku berangkat ke rumah sakit sendirian, naik ojek online pula. Kak Abas gak bisa nganter, papa juga izin enggak masuk dulu hari ini.

Mau minta anterin mama? Mama sih iya iya aja, tapi akunya yang keberatan. Kasian, gak mau aku ngerepotin mama.

"Selamat pagi, maaf saya terlambat."

Aku dan Jihan sama-sama mendongak, melihat dokter Alfred yang baru saja datang dengan napas ngos-ngosan.

"Iya dok gapapa kok, kami juga enggak lama nunggunya." Jihan membalas. Namun detik selanjutnya aku harus berusaha menahan tawa.

"Saya minta maaf karena terlambat, bukan untuk kamu yang sudah menunggu saya."

Lihat, muka Jihan memerah. Jujur dokter Alfred emang orangnya beda sendiri, tak mau ikut-ikutan aku segera mempersilahkannya. "Mari dok, sudah banyak yang menunggu."

Assalamualaikum Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang