15 :: ° Jiyong's Beloved Son ࿐

2K 662 173
                                    

・ 。 Aku gak ngemis vote ke kalian,
tapi sedih liat perbandingan
views sama votesnya beda jauh :((
I hope you guys know what i mean.




























































Jaehyuk dan Yedam akhirnya merasa letih selepas berlari tunggang-langgang. Matahari sudah mulai terbenam, tetapi belum ada satu pun dari mereka yang mencapai puncak. Sepertinya mereka terpaksa harus bermalam di hutan karena situasi saat ini tak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan.

Langit yang semula cerah berangsur mengundang kelamnya malam. Jalan setapak dihimpit oleh ratusan pohon tinggi nan menjulang, penerangan hanya dibantu cahaya rembulan, serta lolongan serigala yang mendengungkan telinga. Semua itu menghancurkan tekad yang berujung penyesalan.

Mengapa saat itu mereka setuju pada keputusan sang tertua?

Dia memang melakukan semuanya demi Asahi. Tapi bukankah itu sama saja seperti berkorban banyak orang hanya untuk menyelamatkan satu nyawa?

Bahkan Jaehyuk dan Yedam sengsara sekarang. Bersandar pada sebatang kayu pohon lapuk dengan penyejuk alami ditemani ratusan serangga penghisap darah, menengadah ke atas langit-langit gulita tak bertabur bintang.

"Sial! Besok gue bisa-bisa masuk angin kalo tidur kayak gini," keluh Yedam.

Sekarang masih jam 6 sore, tapi dua anak laki-laki ini bener-bener bingung mau ngapain. Udah gelap, banyak binatang buas pula. Mungkin tidur adalah pilihan yang paling tepat.

"Mau tidur dimana lagi emangnya? Gali kuburan noh kalo mau tidur dengan tenang," ujar Jaehyuk seraya menangkap beberapa nyamuk yang berkeliaran di depan wajahnya. Coba saja Jaehyuk tak lupa membawa lotion anti nyamuk, dia pasti bisa tidur tenang---daripada terus terjaga tanpa melakukan apapun.

Yedam berdecak kesal. Ia mengusak rambutnya kasar seraya membuang muka ke arah semak belukar.

"Eh?" Yedam menyipitkan mata, mencoba melihat dengan jelas pemandangan yang ditangkap retinanya. Ada sekelebat putih yang nampak mondar-mandir dengan frekuensi yang sangat cepat dibalik semak-semak.

Yedam yang terkesiap sontak menegakkan badannya yang semula melekat dengan batang pohon. Dia meraba-raba saku celananya mencari senter---benda satu-satunya yang bisa digunakan untuk alat penerangan. Yedam pun menyalakannya dan mengarahkan pada sasaran.

"Psstt ... Kak Jaehyuk!" bisik Yedam agak kencang. Jaehyuk yang hampir berkelana di alam mimpinya sontak membuka mata.

"WAAAAAAAAAㅡhmppph." Yedam membekap mulut Jaehyuk yang terlanjur berteriak. Jaehyuk pun membelalakkan matanya

"Ssttt! Itu ada makhluk aneh. Lo mau kita dikejar-kejar lagi kayak tadi sore?" kata Yedam dengan volume suara menurun.

Jaehyuk melepaskan telapak tangan Yedam secara kasar. Rahangnya mengeras. "Makanya lo gak usah nyari perhatian, cepet matiin senter lo!"

Yedam mendengus, namun pada akhirnya ia menuruti kata-kata Jaehyuk.

Mereka berdua diam sesaat sembari memperhatikan gerak-gerik sosok tersebut. Sosok itu perlahan-lahan bergerak melambat---Jaehyuk dan Yedam dibuat terkejut karenanya---kemudian melayang di udara dan terbang di atas ketinggian 4,5 meter. Setelah itu lenyap bak ditelan angkasa.

"I-itu tadi apaan?" Yedam menganga lebar dengan kedua mata yang mengunci pandang ke atas udara kosong.

Sebaris pertanyaan itu terabaikan begitu saja. Pemuda Yoon yang bersamanya seolah berkamuflase menjadi batu---tak bicara dan bergerak sama sekali. Napasnya pun mendadak tertahan.

 ⸙͎۪۫ MY TREASURE ✔︎Where stories live. Discover now