+ Truth Untold

1.5K 369 17
                                    

Jiyong mengayunkan pedang emas kesayangannya ke depan Yedam. Dalam sekali kedipan, kepala Yedam terpental jauh beberapa meter dari posisi badannya.

Cairan merah bermuncratan deras ke wajah Jiyong. Tubuh tanpa kepala itu ambruk seketika dengan kaki dan tangan yang masih kejang-kejang. Genangan darah membasahi area sekitar hingga akhirnya mayat tersebut bergeming.

Jiyong hanya tertawa lalu melirik putranya yang terdiam seribu bahasa. "Nah seperti itu contohnya, lain kali kamu praktekkan ya!" tegas Jiyong.

Jaehyuk menegang. Dipandangnya mayat itu dengan ekspresi tak percaya. "Ini gila!"

Jiyong mengernyit. "What's wrong?"

Selang beberapa detik, Jaehyuk baru mengalihkan pandang pada sepasang bola mata sang ayah. Dia menjawab, "heol, karya Appa keren banget!"

Jiyong lega, ternyata Jaehyuk sama seperti dirinya. Seseorang tanpa belas kasih.

"Sekarang tugas kamu bunuh anak orang Jepang itu, cepat cari dia!!!" ucap Jiyong dengan semangat menggebu-gebu.

"Tenang Pa, Jae bakalan laksanakan tugasnya kok. Janji." Jaehyuk terkekeh.

Jiyong menepuk-nepuk pundak anaknya seraya tersenyum. "Saya kira kamu sudah berubah setelah diasuh keluarga Yoon."

Jaehyuk menggeleng. "Kalaupun Jae berubah, tapi dendam bakal tetep sama."

"Saya bangga sama kamu, ayo sekarang balaskan kematian ibumu!" Jaehyuk mengangguk mengiyakan. Diterimanya pedang emas pemberian Jiyong lalu ia genggam erat. Membawa tungkainya menuju keberadaan Asahi.

Di perjalanan, Jaehyuk memanggil salah satu jin suruhannya, yaitu Jinyoung. Jinyoung pun datang secara tiba-tiba di sisinya.

"Ada apa, Bos?"

"Menurut lo gue ngambil keputusan yang salah gak sih?" tanya Jaehyuk serius.

"Terserah Bos. Kalo masih mau hartanya silahkan ambil, tapi kalo mau balas dendam udah terlanjur," ungkap Jinyoung.

Jaehyuk menghentikan langkahnya kemudian menatap Jinyoung dalam-dalam. "Loh?! Kenapa terlanjur?"

Jinyoung menjelaskan secara detail, "Asahi udah sekarat. Gue tebak, dia bakalan mati antara kena hipotermia atau tenggelam. Karena badai salju di sebelah Utara sedang mencapai puncaknya, Bos."

Semangat Jaehyuk langsung merosot. Genggamannya pada pedang emas tersebut menjadi lemah. Niat membunuhnya seolah runtuh---karena dendamnya telah terbalaskan oleh semesta.

Puas lo Jaehyuk? Puas?!

"Kenapa melamun, Bos? Bagus 'kan dia udah mati?" Jinyoung menyenggol lengan Jaehyuk.

"Dia sampe segitunya demi dapetin harta karun buat diserahin ke mimpi," kata Jaehyuk. "Gue ... salut sama dia."

"Gak boleh gitu, Bos. Ingat tujuan pertama Bos balas dendam itu buat apa? Dulu Bos udah dibuang sama orangtuanya Asahi trus Nyonya Kwon mati dibom sama kerajaan Hamada. PARAH BANGET LOH!" ucap Jinyoung memanas-manasi. "Sekarang Bos tinggal sekali jleb udah mati tuh anak!"

Jaehyuk hanya diam tanpa melakukan apapun. Otaknya menyuruhnya pergi untuk membunuh Asahi, tapi hatinya masih punya rasa kemanusiaan.

"Gimana, Bos? Mau saya anter ke Utara?"

"Lo punya pulpen gak?" tanya Jaehyuk di luar topik pembicaraan. Jinyoung mengangguk, langsung saja ia memberikan pulpennya pada Jaehyuk.

Jaehyuk menuliskan sesuatu di lengan kirinya. Tampak sederet kalimat yang tertulis di kulit putih tersebut. Jinyoung yang membaca kalimat itu lantas mengernyit.

"Loh Bosㅡ"

"DIEM GAK LO?!" ketus Jaehyuk lalu melempar sembarangan pulpennya.

Jaehyuk berjalan memutar balik arah meninggalkan Jinyoung. Dengan semangat membara ia kembali pada sang Ayah. Lagi-lagi Jaehyuk menemukan ayahnya tengah bermeditasi.

"Appa!" panggilnya membuat Jiyong tersentak.

Jiyong spontan berdiri lalu menatap putranya dengan tatapan heran. "Apa lagi Jae? Kamu sudah membuㅡ"

Kurang dari satu detik Jaehyuk mengayunkan pedang emasnya. Kepala Jiyong dipenggal habis oleh putranya sendiri. Jiyong seketika tumbang tanpa gerak.

Setelah itu Jaehyuk mendekatkan pedangnya ke leher. Ia terpejam seraya menggumamkan sesuatu. "Tuhan hukum kami."

Saat itu juga Jaehyuk mendorong pedangnya hingga lehernya putus. Ia jatuh tanpa nyawa di dekat jasad ayahnya. Detik itu merupakan akhir dari kisah ayah anak yang berakhir tragis. Genangan darah seolah menjadi saksi.

Hingga akhirnya beberapa tim penyelamat berhasil datang mengevakuasi mayat dua orang itu. Mereka pula menyadari sesuatu.

Sederet pesan di tangan Jaehyuk.

Salah seorang pria yang merupakan ketua tim memerintahkan mereka untuk cepat-cepat membawa Jaehyuk ke Rumah Sakit. Alhasil, mayat Jaehyuk diangkat menggunakan tandu ke atas helikopter. Helikopter tersebut diantarkan menuju Rumah Sakit terdekatㅡada Asahi juga di dalam helikopter tersebut.

Jaehyuk lantas di bawa ke ruang bedah. Sebelum memulai semuanya, sang dokter bertanya pada ketua tim penyelamat,















































































"Hamada Asahi sebagai pasien transplantasi jantung dengan atas nama pendonor Kwon Jaehyuk, apakah datanya sudah betul?"







































































































Clear.

 ⸙͎۪۫ MY TREASURE ✔︎Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon