O1 :: ° Treasure ࿐

7.2K 1.4K 468
                                    

Anak laki-laki itu tampak ketakutan menatap dua orang bertubuh jangkung dengan balutan jubah hitam yang berada di hadapannya.

Cahaya lampu yang redup tak dapat memaksimalkan penglihatannya untuk melihat siapakah dua pria itu.

Bahkan mereka manusia atau bukan saja anak itu tidak tahu.

Hanya ada ruangan gelap dengan beberapa parabot disini, seperti meja, kursi, beserta lemari tua yang berada di sisi ruangan.

Sosok tinggi berjubah itu semakin mendekatinya. Refleks ia berjalan mundur menjauhi dua makhluk itu.

"Jangan takut nak, kami tidak akan melukaimu." Orang itu akhirnya membuka suara, anak itu merasa sedikit lega setelah mendapatkan fakta bahwa mereka manusia.

Eh, bisa bicara belum tentu manusia 'kan?

"Kami inginkan kamu melaksanakan permintaan kami!" ucap salah satu dari mereka.

Suara itu seakan menggema dan memenuhi indra pendengarannya.

Membuat dirinya pusing.

Anak itu menjadi sangat ketakutan, badannya bergetar dan batinnya menangis. Ia menutup kedua telinganya dengan mata tertutup sembari memanjatkan doa.

'Ya Tuhan gue masih mau ditraktirin es krim sama kak Hyunsuk.'

'Hutang Haruto juga belum lunas.'

'Gue juga belum sempat bahagiain mami dengan ranking 1 di kelas.'

"HAHAHAH." Pria itu tertawa menyeramkan. "Tenang, kami tidak akan membunuhmu!"

Anak itu tersentak kemudian menangis karena mereka seolah-olah dapat membaca pikirannya. Mungkin akibat ekspresi wajahnya yang tampak ketakutan.

"Lho? Jangan menangis sayang, kalau gitu saya jadi berniat pengen bunuh kamu ..." Pria itu tersenyum lebar.

"Hiks ... apa keinginan kalian ... hiksss ... tapi j-jangan bunuh akhh ... aku!" Isak tangis anak itu terdengar semakin kencang. Lalu dia berjongkok menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Kami ingin kamu mencarikan harta karun, harta itu terdapat di Pulau terlarang. Saya akan memberikan petanya ..." Pria itu mendekati meja kayu di dekat lemari dan menyambar box coklat berbentuk balok yang terletak di atasnya.

Saat kotak itu dibuka, terlihat sebuah gulungan kertas yang tersimpan dengan baik di dalam sana. Lantas, pria itu mengambilnya dan memberikannya pada anak yang saat ini menenggelamkan wajah di kedua lututnya.

"Ambil ini!"

Anak itu mendongak lalu tangannya meraih gulungan tersebut dengan hati-hati.

"Saya beri waktu tiga hari, lewat dari itu kamu tidak akan selamat," tutur pria satunya.

Ia mengangguk kecil seraya menggenggam erat gulungan itu di dalam kepalannya. Sebenarnya, dia masih bertanya-tanya apa maksud dari semua ini---lebih tepatnya tidak mengerti.

"Jangan lalai!"

Itu menjadi kata-kata terakhir yang diucapkan mereka. Setelah itu pergi entah kemana. Warna jubah mereka menyatu dengan kegelapan.

Ketika anak itu hendak berdiri, ia merasakan pergerakan di tanah tempat ia berpijak. Saat itu juga ia berlari dan perlahan merasakan getaran yang berubah menjadi guncangan hebat.

Semakin jauh ia berlari, semakin dahsyat guncangannya. Seperti ...

Seperti gempa.

Anak itu terengah. Ia tak kunjung menemukan ujung ruangan. Sejauh ini, pandangannya menjadi semakin gelap dan ruangan itu seperti tak berujung.

Sebenarnya seluas apa ruangan ini dan tempat apakah ini?

Sebut saja gempa, getaran itu terasa lebih kuat dari sebelumnya. Anak itu mempercepat langkahnya sampai ia merasakan kakinya tak lagi menapak.

Oh sial.






















































Tanahnya roboh dan anak itu terjun ke bawah kegelapan yang amat sangat dalam.






























































"AAAAAAAAAAAAAAH!!"































































"Asahi lo kenapa?!!"















































Hyunsuk baru saja mendobrak pintu kamar Asahi kala mendengarkan jeritan itu.

Rasa khawatir lelaki itu seketika pudar saat mendapati Asahi terbaring meronta-ronta di lantai sembari berteriak dengan mata terpejam.

Ternyata dia cuma ngigau.

Tiba-tiba tangan seseorang menyentuh pundak Hyunsuk dari belakang. Sontak ia menoleh, kemudian orang itu mensejajarkan posisinya dengan Hyunsuk dan memperhatikan Asahi yang terjatuh dari atas kasur dengan teriakan yang juga mengundang kehadirannya.

"Hyung, lain kali perhatiin tuh orang, kayaknya dia kenapa-napa dah. Jangan mentang-mentang dia jarang ngomong keberadaan dia gak dianggap ada di kosan ini," ucap Mashiho seraya berkacak pinggang.

"Ya maaf, gue sering lupa kalo dia ada." Hyunsuk terkekeh.

╰─➤𖥸 ᴛᴏ ʙᴇ ᴄᴏɴᴛɪɴᴜᴇᴅ

Next? Vote!
Flop? Unpub '-'

 ⸙͎۪۫ MY TREASURE ✔︎Where stories live. Discover now