BAB 11

835 58 1
                                    

Untungnya mereka tidak telat, Delvin dan Rani belum melakukan acara pemasangan cincin dan masih menyambut tamu yang datang

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Untungnya mereka tidak telat, Delvin dan Rani belum melakukan acara pemasangan cincin dan masih menyambut tamu yang datang. Stephanie dan Chairil melangkah ke arah dua orang yang sedang memasang senyuman palsu dan berlagak seperti pasangan yang sangat bahagia.

"Selamat ya kak Delvin." Ucap Stephanie dengan senyuman manisnya, ia sudah menyiapkan hatinya supaya tidak kembali lemah saat berhadapan dengan Delvin.

"Stephanie...." Ucap Delvin dengan pandangan sendunya.

"Congrats, Ran." Ucap Chairil menatap Rani yang juga tengah menatapnya.

Tangan Chairil menarik tangan Stephanie yang menggandeng lengannya menjadi bertautan. Chairil menggenggam kencang tangan Stephanie, ia sedang menahan dirinya untuk tidak membawa Rani kabur dari sini dan merusak acara ini. Stephanie menatap sekilas ke arah tangannya dan tangan Chairil.

"Kamu ada hubungan apa sama dia?" Tanya Delvin yang berusaha mengendalikan emosinya saat Chairil menggenggam tangan Stephanie.

Stephanie tak tahu harus menjawab apa dan bagaimana, ia takut salah bicara. Gadis itu hanya ingin segera pergi dari sini, ia benar-benar tak tahan berhadapan dengan Delvin. Saat Stephanie akan membuka suaranya, Chairil terlebih dahulu angkat bicara.

"Kalau dibilang teman kayaknya gak bisa juga ya, Step?" Tanya Chairil dengan senyuman miringnya.

"Kalian pacaran?" Tanya Rani yang terlihat syok berat.

"Semoga aja, Stephanie nya malu-malu susah jadinya." Ucap Chairil yang membuat Stephanie membelakkan matanya.

Ingin menyanggah perkataan Chairil pun rasanya tidak mungkin, bisa-bisa Delvin akan nekat membawanya kabur sekarang jika tahu Stephanie masih terlihat gagal move on. Dengan pasrah, Stephanie hanya bisa berakting malu, sambil memukul bahu Chairil.

"Malu, Iel. Jangan diumbar-umbar!" Ucap Stephanie seraya tersenyum malu.

"Biarin aja sih." Ucap Chairil seraya merangkul Stephanie.

"Iel, bisa kita bicara sebentar?" Tanya Rani seraya memegang tangan Chairil, ia menatap Chairil dengan tatapan penuh permohonan. Gadis itu ingin menyampaikan beberapa hal sebelum ia resmi menjadi tunangan Delvin.

"Engga." Ucap Chairil seraya melepaskan tangan Rani yang memegang tangannya.

"Stephie, kita berakhir kayak gini aja?" Tanya Delvin dengan lirih namun bisa didengar ketiga orang yang berada di dekatnya.

Seperti kalau menjawab Delvin hanya akan buang-buang tenaga, ia memilih untuk diam saja tanpa bersuara. Chairil melirik Stephanie sebentar, ia sangat sadar jika dirinya dan Stephanie berada di posisi yang sama. Posisi yang benar-benar tidak mengenakkan.

"Sayang, acaranya mau mulai. Loh, Chairil." Ucap mama Rani seraya menatap Chairil dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Penampilan Chairil memang tidak bisa diragukan kali, mantan anak gadisnya ini memang benar-benar tampan. Bahkan wanita paruh baya pun ragu jika Chairil manusia, karena ia memiliki ketampanan yang jauh di atas rata-rata. Chairil memakai kemeja putih yang dilapisi oleh kemeja berwarna coklat yang menambah kesan elegannya. Namun, tentu saja mama Rani tidak akan sudi memuji Chairil karena gelar mantan narapidana yang sudah melekat dengan diri lelaki tampan itu.

"Selamat ya tante." Ucap Chairil dengan senyuman tipisnya.

"Kamu dateng juga toh, kirain kamu gak dateng karena belum move on dari anak gadis saya." Ucap mama Rani dengan senyuman miring nya.

"Tenang aja tante, mas Iel sudah move on kok." Ucap Stephanie seraya memeluk lengan kiri Chairil erat.

Tak kuat melihat kemesraan Chairil dengan gadis yang sangat asing bagi Rani, gadis itu pun meninggalkan Delvin dan namanya yang masih berbincang dengan Chairil dan gadis itu.

"Rani, loh kamu mau kemana? Delvin kejar dong gadisnya." Ucap mama Rani.

"Kayaknya yang belum move on anak tante deh." Ucap Stephanie dengan terkekeh kecil.

"Jangan sok tau kamu, kamu sama anak saya kalah jauh. Paling kamu anak SMA yang naksir om-om kayak Chairil." Ucap mama Rani sinis.

"Stephanie mahasiswa kedokteran semester enam tante." Ucap Chairil membela Stephanie.

"Halah." Ucap mama Rani seraya mengejar Rani.

Rani berjalan cepat masuk ke salah satu kamar diikuti oleh Delvin, sebenarnya Delvin tidak mau mengejar Rani yang terkesan dramatis ini. Namun apa boleh buat, mama Rani memaksanya. Mau tak mau ia harus melakukannya. Delvin melangkah masuk ke kamar hotel ini seraya mendekati Rani.

"Udahlah gak usah nangis, bentar lagi acara mulai." Ucap Delvin seraya menyodorkan sapu tangan yang tadi ia ambil dari saku celananya.

"Gak usah sok peduli." Ucap Rani seraya membuang sapu tangan Delvin.

"Ck." Decak Delvin seraya duduk di pinggir kasur.

Rani menatap Delvin tajam, ia benci Delvin dan pertunangan yang sama sekali tidak diinginkan ini. Harusnya hari pertunangan adalah hari yang bisa membahagiakan untuknya, namun ia harus menerima kenyataan jika hari pertunangannya ini adalah awal ia benar-benar kehilangan Chairil.

"Lo!" Tunjuk Rani.

"Apa?" Tanya Delvin dengan bangkit dari duduknya.

"Ini semua gara-gara lo, lo jadi cowok lembek banget. Kalo cinta itu diperjuangin, lo harusnya pertahanin cewek lo. Sekarang cewek lo jadian sama Chairil. LO PENGECUT DELVIN!" Bentak Rani dengan memukul bahu Delvin berkali-kali.

Amarah Delvin tersulut kala Rani mengatainya pengecut, gadis ini tidak tahu apa-apa tentang dirinya dan dengan lancang menilai dirinya pengecut. Ia sudah tidak bisa melakukan apa pun lagi karena Stephanie sudah benar-benar menolak kehadirannya, ia tidak mau memaksakan keinginannya dan membuat orang yang begitu ia cintai menjadi tertekan.

"Lo gak tau apa-apa tentang hidup gue." Ucap Delvin dengan marah.

"TAPI LO EMANG PENGECUT DELVIN!"

"KALO GITU KENAPA GAK LO AJA YANG PERJUANGIN CHAIRIL?! KENAPA? GAK BISA? NGACA!" Bentak Delvin dengan mengepalkan tangannya erat-erat.

"Ini ada apa ribut-ribut?" Tanya mama Delvin.

"Tanya aja sama mantu pilihan mama." Ucap Delvin seraya meninggalkan kamar Hotel ini.

Delvin sudah benar-benar muak dengan perjodohan ini, ia harus menenangkan dirinya dulu sebelum acara pertunangan ini dimulai. Langkah Delvin terhenti saat melihat Stephanie yang baru keluar dari Toilet yang ia lewati.

"Stephie..." Panggil Delvin seraya menghampiri gadis yang juga sedang menatap ke arah dirinya.

"Kak Delvin." Ucap Stephanie dengan nada kecil.

"Aku tanya sekali lagi sama kamu Stephanie, kita selesai kayak gini aja?" Tanya Delvin dengan memegang tangan Stephanie.

"Iya." Ucap Stephanie tanpa mau menatap wajah Delvin.

"Stephanie, aku cinta sama kamu." Ucap Delvin dengan serius dan penuh dengan ketulusan.

"Cukup kak, kakak lebih baik siap-siap sebentar lagi acara mau dimulai." Ucap Stephanie dengan melepaskan tangan Chairil.

"Stephanie, Chairil itu mantan narapidana! Dia gak baik buat kamu! Jangan tertipu sama nama belakang dia, walaupun dia dari keluarga Pangalasan tapi dia gak sebaik yang kami bayangin!" Pekik Delvin untuk menyadarkan Stephanie.

"Kamu gak bisa liat orang dari satu sisi aja, itu masa lalu Chairil. Setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan di masa lalunya, kamu gak berhak ngejudge orang dari masa lalu yang dia punya. Chairil gak seburuk apa yang kamu bayangin, kak Delvin!" Ucap Stephanie geram.

"Stephanie." Panggil Chairil seraya mendekat ke arah gadis itu.

"Kita pulang sekarang." Ucap Stephanie seraya menarik Chairil untuk pergi dari sini.

***

[M] FAKE MARRIAGE Donde viven las historias. Descúbrelo ahora