Bab 17

1.4K 37 5
                                    

Setelah melihat kemesraan Stephanie dan Chairil, Rani masuk ke dalam kamarnya dengan membanting pintu kamar. Delvin yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi terkejut melihat Rani yang wajahnya terlihat diliputi amarah.

"Pelan-pelan dong." Ucap Selain seraya menatap sinis Rani.

Gadis itu menghampiri calon suaminya yang wajahnya membiru karena dipukul Selain, namun sebenarnya ia tak peduli. Lagi pula ini salahnya sendiri bersikap gegabah.

"Tadi gua liat Chairil sama Stephanie kissing di kamar mereka." Ucap Rani yang membuat Delvin mengalihkan pandangannya dari televisi. Namun tak ada reaksi lebih darinya, lelaki itu terlihat pasrah.

Rani menghampiri Delvin, lalu duduk di samping Delvin. Gadis berambut sebahu itu bingung, mengapa reaksi Delvin biasa saja. Padahal lelaki itu baru saja bertengkar dengan Chairil. Rani mencoba menerka-nerka apa yang ada di dalam pikiran lelaki yang menjadi calon suaminya ini. Namun entah mengapa jika Delvin benar-benar sulit ditebak.

"KOK LO DIEM AJA SIH?" Teriak Rani tepat ditelinga Delvin, reflek lelaki itu menjauhkan wajah Rani darinya.

"BERISIK!" Bentak Delvin seraya bangkit dari duduknya, ia berjalan mendekati kasur untuk tidur.

"EHHHH LO MAU NGAPAIN?!" Panik Rani seraya mencegah Delvin supaya tidak tidur di kasur.

"Mau tidurlah, masih nanya?!" Ucap Delvin dengan sebal.

"LO TIDUR DI BAWAH YA!" Ucap Rani dengan menendang pantat Delvin dengan cukup keras.

Mereka berdua benar-benar ribut hingga akhirnya mereka lelah dan memutuskan untuk tidur. Tak sadar jika mereka berada di ranjang yang sama dengan posisi saling berdempetan.

****

Suara sendok yang beradu dengan piring menguasai ruang tengah villa saat ini. Tak ada yang memulai pembicaraan, mereka berempat hanya diam sambil menikmati sarapan yang dibelikan salah satu kru photoshoot. Namun diam-diam Delvin mencuri-curi pandang ke arah Stephanie.

"Udah?" Tanya Chairil setelah melihat Stephanie berhenti makan.

"Kenyang." Ucap Stephanie seraya mengambil air putih yang ada di depannya.

"Oh iya lupa, lo lagi program diet." Ucap Chairil seraya mengambil sisa makanan Stephanie dan mencampurkannya dengan makanan miliknya.

"Sayang kalo gak dihabisin." Ucap Chairil yang membuat Rani membanting sendoknya.

Mata Rani berkaca-kaca, rasanya sakit sekali melihat apa yang pernah dilakukan Chairil kepadanya dilakukan kepada orang lain. Tak banyak bicara, Rani langsung meninggalkan ruang tamu. Ia benci dengan situasi ini, ia muak.

"Norak." Desis Delvin seraya bangkit dari duduknya meninggalkan Stephanie dan Chairil.

"Dari tadi ke pada pergi." Ucap Stephanie seraya memutar bola matanya.

Berada di ruangan yang sama dengan Delvin dan Rani membuat Stephanie tak nyaman. Sebenarnya ia butuh waktu untuk benar-benar tidak bertemu dengan Delvin, ia ingin mengikhlaskan Delvin selamanya.

"Ternyata sesusah itu ngelupain seseorang." Ucap Chairil dengan nada rendahnya.

Kalau boleh jujur, Chairil masih sangat mencintai Rani. Namun, ia sadar akan posisinya sekarang. Chairil hanya akan membangun benteng yang tinggi antara dirinya dengan Rani.

"Gak usah melankolis, gue ke kamar duluan." Ucap Stephanie yang diangguki oleh Chairil.

*****

Photoshoot hari kedua berjalan lancar, kini waktunya mereka untuk pulang. Sebelum pulang Stephanie, Chairil, Rani, dan Delvin di ajak untuk karaoke bersama para kru. Mereka tidak bisa menolak dan hanya bisa menyetujuinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 04, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[M] FAKE MARRIAGE Where stories live. Discover now