BAB 13

883 70 6
                                    

Suasana ruang keluarga Chairil begitu mencekam bagi Stephanie, ia sedang di dakwa oleh saudara-saudara Chairil perihal kejadian tadi. Entah apa yang terjadi semalam, yang pasti Stephanie yakin jika ia tidak melakukan hal yang macam-macam dengan Chairil.

Semua keluarga Chairil ada di sini, termasuk Alice dan Jeffrey yang sedang menggendong anak kembarnya yang baru menginjak usia lima bulan itu. Stephanie sepertinya tidak bisa menyangkal, jika visual keluarga Pangalasan memang tidak bisa diragukan lagi.

"Kalian harus menikah!" Ucap Jonathan membuat Stephanie membelokkan matanya, ia terlalu kaget untuk mendengar hal seperti ini.

"Bang, kita gak ngapa-ngapain. Gue aja gak mabuk kok, gue inget banget. Lagian kita udah sering tidur satu kamar dan gak terjadi apa-apa." Ceplos Chairil membuat Stephanie menendang kaki lelaki itu.

"Aww... Gila lo." Ucap Chairil kepada Stephanie.

"APA?! UDAH SERING, GAK WARAS LO IEL. GUE GAK MAU TAU, LO HARUS MENIKAH SAMA DIA. KALAU ENGGA, GUE BAKAL CORET LO DARI KARTU KELUARGA!" Bentak Jonathan yang sudah murka.

"Tapi, kita gak ngapa-ngapain kak." Ucap Stephanie membela dirinya.

"Tetep aja, kalian harus menikah." Ucap Maxim yang menggelengkan kepalanya.

"Iel, lo ini ada-ada aja masalahnya." Ucap Cavin seraya menatap Chairil.

"Kemarin lo main ganja, sekarang lo main cewek. Chairil, otak lo itu di pake gak sih?" Tanya Jonathan yang benar-benar marah terhadap kelakuan adiknya ini.

"Udah-udah, sekarang bang Iel mending ikutin kata bang Jo." Ucap Alice menengahi pertengkaran.

"Iya, nikah muda enak kok. Iya gak bang, Jeff?" Ucap Gading menambahi seraya menatap ke arah Jeffrey.

"Yoi, bang. Ikutin aja alurnya." Ucap Jeffrey.

Tak ada yang bisa dilakukan oleh Chairil jika sudah mendapatkan ancaman seperti itu, ia pun tidak mau membuat Jonathan kemabli kecewa padanya jika tetap tidak mau menikah dengan Stephanie. Walaupun memang untuk Chairil sulit untuk menerima orang baru masuk ke dalam inti kehidupannya.

"Oke, gue mau nikah sama Stephanie." Ucap Chairil dengan helaan nafasnya.

"Eh, kok lo setuju sih?!" Bentak Stephanie tak percaya.

"Udah lo ikutin aja sih." Ucap Chairil berbisik ditelinga Stephanie.

"Tapi-"

"Diem, ikutin kata gue." Ucap Chairil membuat Stephanie terpaksa untuk menutup mulutnya.

****

Stephanie dan Chairil saat berada di sebuah Kafe untuk sarapan bersama, Stephanie mengenakan baju Chairil yang kebesaran karena bajunya kemarin sudah kotor dan sangat bau alkohol membuat Stephanie mual. Mereka memutuskan sarapan bersama seraya membahas keputusan pernikahan mereka.

"Lo serius mau nikahin gue?" Tanya Stephanie dengan tatapan serius dengan kedua tangannya yang menggenggam cangkir kopi erat-erat.

"Iya, gue gak menerima penolakan. Lagian gak ada ruginya kok lo nikah sama gue." Ucap Chairil dengan percaya dirinya seraya memberikan Stephanie kedipan mata.

"Mata lo mau gue colok?" Tanya Stephanie galak seraya menyodorkan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Ck, jadi calon istri jangan galak-galak." Ucap Chairil seraya mengacak rambut Stephanie.

"Berantakan!" Bentak Stephanie.

Chairil hanya bisa tertawa seperti tidak ada beban, Stephanie menjadi heran sendiri dengan tingkah laku lelaki yang ada di depannya ini. Stephanie meminum kopi yang cangkir sejak tadi terus dipegang erat olehnya, entah apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia tidak mau menikah muda karena ia ingin mengejar kariernya terlebih dahulu, namun ia pastinya tidak akan mampu menolak desakan keluarga Pangalasan.

[M] FAKE MARRIAGE Where stories live. Discover now