BAB 2

1.4K 63 2
                                    

Raut wajah Jonathan sudah terlihat seperti ingin memakan Chairil hidup-hidup. Maxim, lelaki itu hanya diam sambil menyandarkan bahunya ke sofa. Cavin, lelaki itu hanya menatap Chairil tanpa minat. Gading yang sedang membaca situasi, dan terakhir Alice yang tidak mengerti dengan apa yang tengah terjadi.

"Semalem kemana aja lo? Ngeclub kan?" Tanya Jonathan to the point.

Sebagai anak tertua di keluarga Pangalasan, lelaki itu harus bisa menjaga adik-adiknya. Jonathan sudah cukup merasa bersalah karena tidak bisa menjaga ketiga adiknya yang membuat masalah besar kemarin-kemarin.

"Gue di apartement, bang." Ucap Chairil seraya menundukan wajahnya, ia tak berani menatap wajah Jonathan yang dilanda amarah.

"Boong pantat lo kelap-kelip." Ucap Maxim dengan menatap Chairil dengan bersidekap dada.

"Tanya aja sama Mandala kalau gak percaya." Ucap Chairil beralibi.

"Gak percaya abang sama Mandala, dia sama bobroknya kayak lo." Ucap Cavin yang membuat Chairil menciut.

"Tanya Christ kalau gitu." Ucap Chairil.

"Gue gak percaya sama temen-temen lo yang berandalan semua itu." Ucap Jonathan tegas.

"Hukuman lo, engga boleh pulang lewat dari jam delapan malem selama sebulan!" Ucap Jonathan tanpa mau dibantah sedikit pun.

Lelaki yang perannya sebagai kakak tertua itu langsung meninggalkan ruang keluarga, dirinya ingin menenangkan hatinya yang terbakar emosi karena kelakuan adik ketiganya itu.

"Tuh kan, bang Jo marah. Tanggung jawab lo, Iel. Udah ah gue mau berangkat kerja dulu." Ucap Maxim seraya menatap Chairil sanksi.

Kakak keduanya itu meninggalkan ruangan keluarga begitu saja, ia buru-buru karena ada meeting dikantornya. Tersisa Cavin, Alice, Gading dan Chairil disana yang masih betah duduk disofa.

"Jangan lupa minta maaf sama bang Jo, dia marah-marah karena sayang sama lo." Ucap Cavin seraya mengelus puncak kepala Chairil.

Sebenarnya Cavin sangat khawatir pada adiknya itu, tapi Cavin menunjukan kekhawatirannya bukan dengan cara mengeluarkan amarahnya yang meledak-ledak.

"Iya, bang." Ucap Chairil seraya mengangguk, lelaki itu menjadi sangat merasa bersalah karena perkataan Cavin.

"Abang pamit, mau ke hotel. Assalammualaikum." Ucap Cavin seraya berdiri dari duduknya.

"Waalaikumsalam."

Setelah Cavin keluar dari rumah ini, Chairil merebahkan dirinya disofa. Pagi-pagi begini kepalanya terasa nyeri, dia tidak membuat ulah pun keluarganya bisa menunjukan reaksi separah ini.

"Lo gak kerja?" Tanya Alice pada Gading yang berada disampingnya.

"Abis homeschooling gue kerja." Ucap Gading cuek, lelaki itu sedang membaca buku Sosiologi untuk memperdalam materi.

"Lo kerja apaan?" Tanya Chairil.

"Cleaning Service dikantor abang." Ucap Gading dengan mencebikan bibirnya.

Gading itu sebenarnya sangat tidak ingin menjadi cleaning service, tapi mau bagaimana lagi. Dirinya ingin menghidupi istrinya dengan hasil jerih payahnya sendiri, inilah hasil married by accident versi anak SMA, bukannya hidup senang yang ada malah sengsara.

"Yaampun, mangkanya jangan MBA." ucap Chairil dengan terkekeh.

"Berisik!" Pekik Gading seraya bangkit dari duduknya, ia memilih untuk belajar di dalam kamar saja. Kalau disini pasti akan terkena julidan orang-orang menyebalkan semacam Chairil.

[M] FAKE MARRIAGE Where stories live. Discover now