BAB 6

556 60 10
                                    

Kadang semua yang sudah direncanakan tidak selalu berjalan mulus sesuai rencananya, Stephanie menatap jam tangan yang ada dipergelangan tangannya sekilas. Pagi sudah mulai beranjak siang, tapi dirinya masih berada di kampus. Harusnya sekarang ia sedang berada diperjalanan menuju puncak.

Dirinya terpaksa harus pergi ke kampus untuk mengikuti kelas karena ada sebuah ulangan harian yang jika ditunda malah akan berdampak buruk baginya.

Steven sudah pergi duluan bersama rombongan bus sekolahnya, tadi adiknya itu sempat merajuk lantaran dirinya harus ke kampus terlebih dahulu. Mau bagaimana lagi, ia tidak ingin mengulang mata kuliah. Akhirnya Stephanie berjanji pada Steven untuk menyusulnya pergi ke puncak.

Masalahnya Stephanie tidak berani untuk mengendarai mobil ke puncak seorang diri, apalagi jalan di puncak itu turun naik tidak stabil. Belum lagi ia tidak tahu letak resort yang di pesan oleh sekolah Steven.

Stephanie bingung sendiri, kalau ia tidak menyusul kesana pasti Steven akan kecewa karena ia tidak bisa menepati janjinya. Tiba-tiba saja ia mengingat perkataan Chairil yang katanya hari ini akan pergi ke puncak juga.

"Iya nanti gue balikin, besok gue mau ke puncak. Nanti ya abis dari puncak gue balikin."

Senyuman Stephanie mengembang, ia bisa ikut dengan Chairil. Semoga saja lelaki itu belum pergi ke puncak, lantas Stephanie langsung bergegas menuju apartement Chairil. Stephanie tidak punya nomor ponsel Chairil, jadi ia yang harus meghampiri cowok itu.

Wanita itu berlari kecil menuju mobilnya, dengan kecepatan di atas rata-rata. Stephanie menjalankan mobilnya menuju apartement Chairil. Tak butuh waktu lama Stephanie sudah sampai di basement apartement Chairil.

Kebetulan sekali lelaki itu sedang memasukan kopernya ke dalam mobil mewah miliknya, dengan cepat Stephanie turun dari mobilnya kemudian berlari menghampiri Chairil.

"CHAIRIL!" pekik Stephanie yang membuat si empunya nama menengok ke arah Stephanie dengan menautkan alisnya.

Lelaki itu menurunkan sedikit kaca matanya melihat Stephanie yang terlihat tersenyum kepadanya, pasti gadis ini ada maksud terselubung.

Lelaki itu menurunkan sedikit kaca matanya melihat Stephanie yang terlihat tersenyum kepadanya, pasti gadis ini ada maksud terselubung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Chairil-Chairil, gak sopan lo. Gue lebih tua dari lo." Ucap Chairil seraya berdecih, sedangkan Stephanie hanya memasang cengirannya.

"Ngapain kesini? Gue mau pergi sekarang." Ucap Chairil seraya menutup bagasinya.

"Lo mau ke puncak kan?" Tebak Stephanie.

"Iya, kenapa lo mau ikut?" Tanya Chairil tak serius.

"IYA! BOLEH YA?!" Pekik Stephanie dengan tatapan memohonnya.

Chairil menatap Stephanie seraya menggeleng, ia tidak mau acara ke puncaknya di ikuti oleh makhluk menyebalkan seperti Stephanie. "Enggak! gue kesana mau kerja, bukan mau jalan-jalan." Ucap Chairil.

[M] FAKE MARRIAGE Where stories live. Discover now