BAB 15

520 50 8
                                    

Tak terasa mereka sudah sampai di tempat pemotretan yang ada di daerah Bandung, Chairil dan Stephanie pun keluar bersama-sama dari mobil. Chairil masih menunjukkan wajah bantalnya, sedangkan Stephanie menunjukkan wajah lelahnya.

"Lo kok kayak capek banget sih?" Tanya Chairil seraya mengambil alih tote bagian milik Stephanie yang sedari tadi di pegang gadis itu.

"Gapapa kok, cuma kurang tidur aja." Ucap Stephanie seraya menghela nafasnya.

Lelaki itu mengangguk paham, ia pun sedikit merasa bersalah karena telah tidur lelap di bahu Stephanie sementara gadis itu tidak dapat tidur. Sebagai gantinya, Chairil pun memilih untuk menggandeng tangan mungil Stephanie.

"Supaya kalo lo oleng karena ngantuk bisa gue tahan." Ucap Chairil seraya tersenyum manis serta menatap tangan mereka yang bertautan.

Tak ada penolakan serta jawaban dari Stephanie, gadis itu memilih untuk menatap ke arah pemandangan yang disediakan untuk foto prewedding. Gadis itu masih tidak menyangka jika ia berdiri di sini bersama dengan lelaki yang tidak ia cintai untuk melakukan pemotretan foto pernikahan mereka.

"Perhatikan semuanya, ini vila buat istirahat ya. Masing-masing pasangan ada dua tempat pemotretan sesuai request tempat yang kalian pingin. Tempat pertama kalian berempat di Taman Pinus Hutan Juanda ya, nanti siang kita ke sana. Sekarang kalian istirahat dulu dan siap-siap untuk pemotretan." Ucap Tama yang tak lain adalah fotografer foto prewedding mereka.

"Siap, bang Tama. Thank you ya." Ucap Chairil.

"Yoi, di sini ada dua kamar ya. Terserah kalian buat pembagian kamar enaknya gimana, yang pasti ukuran kamarnya sama." Ucap Tama lagi seraya membawa tas kamera di bahunya.

"Terima kasih, mas Tama." Ucap Delvin seraya tersenyum.

Mereka berempat pun masuk ke dalam vila tersebut seraya membawa tas masing-masing, mereka pun duduk di ruang tamu villa ini. Chairil terlihat sangat puas dengan dekorasi villa ini yang terlihat nyaman.

"Kamarnya gimana?" Tanya Rani membuka topik pembicaraan.

"Gue sekamar sama Stephie pastinya." Ucap Chairil seraya tersenyum nakal ke arah Stephanie.

Gadis yang sedang ditatap oleh Chairil itu memutar bola matanya malas, calon suaminya ini sangat tidak tahu malu. Rasanya ingin sekali Stephanie memukul kepala calon suaminya ini.

"Lo gila?" Tanya Stephanie seraya menjauhkan dirinya dari Chairil.

Namun tangan Chairil dengan cepat menarik Stephanie ke dekatnya, ia pun membisikkan sesuatu di kuping Stephanie. "Emang lo mau sekamar sama Rani? Gak bakal canggung lo?"

"Jadi gimana?" Tanya Delvin seraya menatap Chairil dan Stephanie yang masih saling berbisik-bisik.

Ucapan Chairil ada benarnya juga, ia tidak mau berada disituasi yang canggung dengan mantan pacar calon suaminya itu. Belum lagi ia agak segan dengan Rani, sebenarnya Stephanie merasa bersalah karena memilih menikah dengan Chairil. Padahal Stephanie tahu jika Rani masih sangat mencintai Chairil.

"Emmmm, yaudah gue sama Chairil satu kamar." Ucap Stephanie seraya menghela nafasnya.

"Kalian kan belum menikah." Sindir Rani.

"Kita udah sering kok sekamar." Ucap Chairil dengan wajah tanpa dosanya membuat Stephanie reflek memukul pahanya dengan kencang.

Delvin dan Rani kompak melebarkan matanya mendengar ucapan Chairil yang tidak disaring terlebih dahulu itu. Entah mulai sejak kapan mulut Chairil menjadi asal ceplas-ceplos seperti ini, saat bersama Rani pun Chairil tidak pernah menunjukkan sisi seperti ini. Hal tersebut membuat Rani iri kepada Stephanie.

[M] FAKE MARRIAGE Where stories live. Discover now