BAB 3

1.1K 65 3
                                    

Suasana semakin menegangkan saat Chairil mengeluarkan senyuman miringnya, seketika raut wajah Chairil menjadi sangat menakutkan. Stephanie terdiam dengan gugup, dirinya benar-benar takut sekarang. Nyali dan keberanian yang dua hari ini ia persiapkan menguap begitu saja.

"Cewek freak." Desis Chairil dengan deep voicenya.

Gadis itu semakin memundurkan langkahnya, tubuhnya semakin bergetar takut. Dipikiran sekarang sedang membayangkan hal yang membuat dirinya ingin segera pulang.

"Lo takut sama gue?" Sinis Chairil seraya menatap gadis di depannya ini mengintimidasi.

Sepertinya gadis ini tau jika ia adalah mantan seorang narapidana, Chairil bahkan bisa menebaknya dari gelagat yang gadis itu tunjukan saat ini.

"Hahahaha, gue ta-takut sama lo, ya enggaklah gila!" Ucap Stephanie yang berusaha untuk terlihat biasa saja.

Sayang sekali Chairil itu bukan orang yang gampang dibodohi atau ditipu oleh orang lain, adanya Chairil yang bisa mengelabuhi orang lain. Lelaki itu juga mempelajari psikologi manusia, hal itu yang membuat dirinya tidak gampang ditipu orang lain.

"Yakin?" Tanya Chairil seraya menaikan satu alisnya.

"Ya-yakin lah, lo makan nasi ya gue juga makan nasi, kecuali kalo lo makan batu baru gue takut." Ucap Stephanie beralibi.

Padahal dirinya sangat takut saat ini, masa bodo dengan KTP nya yang hilang disini. Yang terpenting dirinya harus bisa cepat-cepat pergi meninggalkan apartement ini.

"Oh gitu ya?" Tanya Chairil dengan tatapan meremehkan.

"I-iya, gue masih ada urusan. Kayaknya KTP gue gak ilang disini." Ucap Stephanie seraya tersenyum kaku.

Gadis itu lantas berjalan cepat meninggalkan apartement lelaki menyeramkan itu, tapi langkahnya tertahan saat seseorang menarik tangannya.

Dengan perlahan Stephanie membalikan badannya, menatap takut kearah Chairil yang saat ini memegang tangannya. Lelaki itu tiba-tiba menarik Stephanie memasuki apartemennya.

Detakan jantung Stephanie sudah tidak stabil, dirinya takut bukan main. Bisa jadi besok dirinya hanya tinggal nama saja, tenaga lelaki ini begitu kuat membuat dirinya susah untuk melepaskan diri.

"LEPASIN GUE!!" bentak Stephanie saat Chairil membawa gadis itu ke dalam kamarnya.

"Lo mau ngapain?!" Tanya Stephanie saat dirinya dikurung oleh dua tangan kekar dibalik pintu kamarnya.

"Gue? Gatau nih mau ngapain, enaknya ngapain ya?" Tanya Chairil dengan senyuman evil miliknya.

"Gue mau keluar, minggir!" Pekik Stephanie tanpa mau memandang iris gelap Chairil.

"Lo beda banget sama yang waktu itu, kenapa lo takut sama gue?" Tanya Chairil dengan memajukan wajahnya, membuat jarak antara Stephanie dan Chairil semakin menipis.

"Gu-gue gak takut sama lo! Jangan halu deh!" Pekik Stephanie dengan menggigit bibir bawahnya.

"Tatap gue, kalo emang lo beneran gak takut!" Perintah Chairil dengan tatapan tajamnya.

Stephanie memberanikan diri menatap wajah Chairil, entah kenapa dirinya terkesima dengan wajah Chairil saat ini. Stephanie bisa melihat ada banyak luka dari sorot tatapan itu.

Situasi berubah menjadi canggung, Chairil menjauhkan wajahnya. Dirinya mengambil KTP milik gadis itu yang disimpan di dalam dompetnya, lalu memberikan KTP itu pada Stephanie

"Gue emang mantan napi, tapi gue bukan kriminal kayak apa yang lo bayangin." Bisik Chairil dengan wajah tak senangnya.

"Sekali rusak, apa tetep bakal rusak ya nama gue?" Tanya Chairil pada dirinya sendiri.

[M] FAKE MARRIAGE Where stories live. Discover now