Chapter 12|Siapa Dia?|

53 8 1
                                    


Harifa dan Annie berjalan bersisihan menuju parkiran. Anne yang sedang mengoceh ia abaikan, matanya fokus melihat sosok laki-laki yang tidak ada kabar nya ternyata sedang bersama seorang gadis cantik, tubuh nya tinggi, kulit putih dan mulus, rambut hitam panjang.

"Woy lo liatin apa sih..."

Annie berdecak sebal karna Harifa tidak menanggapi nya. Ia mengikuti arah pandang Harifa. Ia marah pada Zion, dia tidak suka jika ada yang menyakiti sahabat nya.

Dengan langkah lebar ia menghampiri Zion dengan gadis yang ia tak tahu namanya. Harifa yang tersadar melotot.

"Heh cewe gatel, lo ngapain deketin Zion yang jelas-jelas udah punya pacar" marah Annie.

"Zion udah punya pacar??" tanya nya lugu.

"Pake nanya lagi" Annie menatap sinis mereka.

"Zion kamu udah punya pacar? Tapi kemarin kamu bilang kamu belum punya pacar."

Deg

Apa katanya? Zion belum punya pacar? Hati siapa yang tidak sakit ketika pacarmu tidak mengakui mu.

"Jangan ganggu."

Makin sakit ketika seorang pacar membela wanita lain.

"Yon jadi hubungan kita kamu anggap apa?" Setelah lama diam akhirnya Harifa berbicara walau dengan suara yang bergetar menahan tangis.

"Jadi ini pacar kamu??" Ia menatap tak suka pada Harifa." Pantas aja sih kamu nggak anggap dia secara kan aku lebih dari segalanya dari dia."

"Nggak usah bandingin Harifa sama elo, karena Harifa lebih baik dari pada elo yang bisanya rebut pacar orang. Gak malu lo?" Sarkas Annie.

"Diem lo."

Harifa tidak memperdulikan gadis asing itu ia lebih berfokus menatap Zion yang balik menatap Harifa dengan tajam.

"Kamu bisa jelasin? aku percaya sama kamu" ia mencoba memaksakan senyum nya walau hati nya sakit.

Zion tetap diam dengan tatapan tajam nya. Harifa merasa tak ada penjelasan dari Zion memilih pergi meninggalkan mereka. Ia tak sanggup jika nanti nya Zion benar-benar tidak mengakui nya.

"Yon harus nya lo sadar kalo lo udah punya cewe. Lo keterlaluan tau nggak" Annie pun ikut pergi.

¤¤¤

Berjalan sendirian menyusuri jalan dengan hati yang hancur. Walaupun mulut nya berkata percaya pada Zion tapi hati nya tak sejalan. Ia takut Zion akan meninggalkan nya, karna jika bukan Zion siapa lagi yang menjadi pertahanannya.

Sedangkan rumah yang katanya menjadi tempat ternyaman justru menjadi seperti neraka.

"Tuhan aku lelah hidup seperti ini."

Itu lah Harifa hanya seorang gadis lemah yang selalu mengeluh pada Tuhan. Hidup tanpa kasih sayang orang tua sangat berat. Dia rindu kasih sayang ibu nya dia rindu pelukan hangat ayah nya.

Masih dengan wajah suram ia memasuki rumah. Hari ini papah nya mungkin akan pulang larut jadi hari ini ia berencana akan pergi ke rumah sakit lagi.

Saat akan sudah masuk kedalam kamar suara Khalisa membuat nya berhenti.

"Kasian banget lo punya pacar tapi gak peduli justru punya gandengan baru hhhh..."

Harifa berbalik memandang Khalisa sinis. "Emang nya lo nggak kasian sama diri lo, lo cinta sama Zion sedangkan Zion? Suka sama orang lain. See gue sama lo itu nggak jauh beda. Paham nggak lo?" Harifa berbalik lagi tapi...

"Oh ya satu lagi Zion itu pacar gue dan hanya akan jadi pacar gue ngerti lo."

Harifa masuk dan membanting pintu cukup kuat.

"Sialan" maki Khalisa. Niat hati memanas manasi Harifa dan sekarang dia yang jadi panas. Hahaha karma tuh.

¤¤¤

Kejadian kemarin masih teringat jelas dibenak Harifa. Ia melamun ditaman belakang sekolah sendirian. Hingga deheman seseorang menyadarkan nya.

"Ehemm."

"Kamu ngapain disini??."

"Aurel mantan aku."

Harifa tak mengerti, siapa yang dibicarakan pacar nya ini.

"Dia baru pindah kesini jadi belum punya teman."

Ah ya!. Harifa tahu siapa yang menjadi topik pembicaraan mereka ternyata gadis kemarin namanya Aurel, wait. Tadi apa katanya? Mantan?.

"Kenapa pindah?."

Zion tak menjawab melainkan menganggkat bahu nya acuh. Sebal deh.

"Terus kamu kenapa ngaku sama dia nggak punya pacar?."

Pertanyaan itu yang sedari tadi ingin ku tanyakan. Aku ingin tahu alasan Zion. But see, Zion lagi-lagi diam.

"Yon kamu tahu aku sayang banget sama kamu. Plis jangan tinggalin aku."

Entah mengapa permintaan Harifa begitu sulit buat Zion, karena pada saat ini pun ia masih belum tahu hatinya berlabuh pada siapa. Cinta itu belum ada.

"Aku janji nggak akan ninggalin kamu" Dan pada akhirnya ia harus berjanji.

"Aku percaya sama kamu."

AVOIDWhere stories live. Discover now