Chapter 2 |Rasa Sakit|

166 13 1
                                    

"Mereka bahkan bisa tertawa walau tak ada aku diantara mereka"

¤¤¤

Tak terasa pelajaran telah usai Harifa langsung menuju parkiran ia tak ingin berlama lama disekolah alasannya jika ia lama pulang maka wanita iblis yang menumpang dirumahnya akan menjelek-jelekkan Harifa.

...

Saat memasuki rumah hal biasa yang sudah ia lihat Khalisa si wanita iblis dan kedua orang tuanya sedang menonton sambil tertawa tanpa ada dirinya diantara mereka.

Jujur saja hati Harifa sangat sakit. Semenjak kehadiran Khalisa perhatian kedua orang tuanya selalu tertuju padanya sedangkan Harifa diabaikan bahkan sudah beberapa kali dibentak.

"Baru pulang kamu?" kata Ayahnya saat menyadari keberadaan Harifa.

"Hmm" jawabnya cuek.

"Kenapa lama pulang, Khalisa aja bisa sampai rumah tepat waktu padahal kalian itu satu sekolah dan kamu baru pulang."

Harifa sangat kesal padahal mereka pulang hanya beda menit saja tapi selalu saja dia dibandingkan dengan anak pungut itu.

"Apa urusan kalian kalo aku pulang telat?," seolah menantang kedua orang tuanya. Dia hanya ingin tau jawaban kali ini dari mereka.

Dannerd, Ayah Harifa marah karena putrinya sudah berani melawan. Rahang yang tegas menunjukkan bahwa ia tidak segan-segan memberikan putrinya itu hukuman.

Dannerd bangkit dan berjalan kearah Harifa.

"Kamu sudah mulai berani melawan sama orang tuamu? apa ini yang kami ajarkan sama kamu?."

"Hah, kalian bahkan tidak mengajarkan ku apa-apa semenjak ANAK PUNGUT ITU ADA DIRUMAH KITA," kata Harifa mengeluarkan unek-uneknya dengan nafas tersendat.

"DIA BUKAN ANAK PUNGUT, DIA ITU SAUDARA KAMU HARIFA" balas Dannerd membentak.

"Cuihh!, aku gak sudi saudaraan sama ANAK PUNGUT KAYA DIA."

PLAKKK

Dannerd terdiam lalu menunduk menatap tangannya yang sudah menampar putrinya.

Harifa terkejut tidak menyangka ayahnya akan tega menampar dirinya demi anak pungut itu, perlahan air matanya jatuh lalu tanpa berkata lagi ia berlari menaiki tangga menuju kamarnya dan menutup pintu dengan keras.

Disisi lain orang yang menjadi akar keributan bersorak dalam hati atas perlakuan ayah angkatnya itu.

"Permainan dimulai" batinnya.

...

Harifa melempar tasnya kesembarang arah, lalu menghempaskan dirinya pada ranjang king sizenya.

Memegang pipinya bekas tamparan Ayahnya, untuk pertama kalinya Ayahnya mau melakukan itu demi membela Khalisa yang jelas jelas hanya anak pungut.

Sebenarnya dulu Harifa menerima Khalisa tapi semakin lama Harifa mulai tidak suka melihat cara Khalisa merebut semua miliknya, orang tuanya, bahkan kamar nya sendiri. Harifa harus rela bertukar kamar dengan Khalisa karena Khalisa beralasan lebih nyaman dikamarnya.

Dan ketika Khalisa salah maka kesalahannya akan berujung pada dia, Khalisa menuduhnya melakukan semua kesalahan yang diperbuat si anak pungut itu dan bodohnya kedua orang tuanya mempercayai Khalisa.

Muak. Satu kata itu yang menggambarkan hati Harifa pada Khalisa. Ingin sekali ia menarik paksa Khalisa keluar dari rumah orang tuanya tapi itu akan sia sia orang tuanya bahkan lebih memihak anak tidak tahu diri itu.

Lama berkecamuk dengan pikirannya akhirnya ia memutuskan untuk tidur mengistirahtakan hati nya yang sakit, membuang sementara pikirannya dan dia terlelap.

...

Pukul 07.00 malam, Harifa terbangun. Mengucek matanya lalu berjalan ke Kamar mandi untuk bersih bersih.

Selesai membersihkan diri dia turun untuk makan malam.

"Malam Ma Pah," Sapa Harifa ceria melupakan kejadian tadi siang. Dia tidak lupa hanya saja jika ia mendiamkan orang tuanya maka Khalisa menang dia tidak ingin itu terjadi selagi ia mampu maka ia akan bertahan.

"Malam," Jawab mamanya cuek.

Sedangkan Ayahnya tidak menjawab. Harifa menghela nafas lalu tersenyum arti.

"Malam Pah Mah," sapa Khalisa yang baru datang.

"Malam sayang," balas Dannerd ramah dan penuh kasih sayang.

Harifa hanya melirik sekilas berusaha menguatkan hatinya dan menahan air matanya agar tidak lolos dia tidak mau terlihat lemah didepan mereka.

"Kamu mau lauknya apa sayang," tanya mama.

"Ayam goreng sama udang aja Ma."

Dan begitulah tiap malam mereka sibuk membicarakan sekolah Khalisa dan apa yang diinginkan Khalisa.

"Oh iyah Mah, pah tadi kelas aku ngadain ulangan fisika terus aku dapat nilai 100 dong," Kata Khalisa menyombongkan diri dan berucap penuh penekanan sambil melirik Harifa.

"Oh yah bagus dong kalo gitu. Eh Harifa liat itu Khalisa bisa dapat nilai 100 dia pintar dan berbakat, lalu kamu apa yang mau dibanggain dari kamu?," Ucap mamanya.

"Aku bukan Khalisa jangan pernah nuntut aku buat jadi orang lain" balas Harifa datar.

"Kamu bukannya mau belajar malah ngejawab terus. Kapan sih kamu berubah biar bisa jadi anak pintar dan nggak malu maluin biar kami nggak rugi udah sekolahin kamu."

"Kalian nyesal udah sekolahin aku?."

Mamanya terdiam, ia salah ucap. Membuang pandangan kesamping tak ingin menatap putrinya yang matanya sudah memerah berkaca kaca.

"Kenapa nggak jawab?."

Harifa bangkit dari kursinya meninggalkan meja makan tanpa sekatah pun. Dia lelah, dia sakit tapi tak ada yang mengerti.

Hy Gaes aku udah up part 2 nya
Maaf masih pendek, dan banyak keslahan untuk itu aku butuh kritik dan saran kalian

Aku juga butuh pendapat kalian aku lanjut part selanjutnya atau nggak???

Jangan lupa vote,komen dan follow akun aku yah
Makasih


TamaSirait.

AVOIDWhere stories live. Discover now