Chapter 15|Maaf|

55 5 0
                                    

Gue emang nggak ada apa- apa nya dibandingin sama cewe lain karena gua cuma bermodalkan setia...

~Harifa Okalia Dugols~

¤¤¤


Kantin saat ini begitu penuh untung saja dengan gesit Annie mengambil meja untuk nya dan harifa.

"Gila...gila Fa itu bukannya Khalisa sama Zion ya? Mana si Khalisa nempel- nempel gitu kayak ulat bulu."

Harifa yang semulanya fokus pada makan nya mengedarkan pandangan ke meja Zion dan apa yang dikatakan Annie memang benar.

"Kalo gue nih jadi lo udah gue labrak tu si ulat bulu enak aja pacar gue ditempelin begitu."

"Liatin aja ntar habis nih gue telen bakso gue samperin tuh ulat keket."

"Mantabb bos ku," Annie mengacungkan jempol nya.

Harifa dengan cepat menghabiskan bakso nya. Lalu dia berjalan ke arah meja Zion.

"Khalisa anak pungut tersayang, bisa nggak lo tau diri sedikit hmm."

"Eh eneng Harifa untung aja lo datang. Sumpah deh gua enek liat muka nih cewe, usir dong." Kata Alvian dengan tampang jijik.

"Lo liat kan mereka nggak suka sama lo, jadi mending lo jauh- jauh deh apalagi dari pacar gue, inget dia pacar gue."

"Eh lo diem aja deh. Zion aja gak ribet kenapa jadi lo yang ngusir gue hah."

Harifa melihat Zion yang terlihat santai dengan kehadiran Khalisa. Ingin sekali diri nya mencubit ginjal nya."

"Yon kamu kok mau sih ditempelin ulet keket ini? Kamu nggak risih apa?."

"Bisa diem?."

Skakmat.

Khalisa tersenyum kemenangan. Ia menatap remeh Harifa.

"Eh bro kok lo belain nih cewe sih, Harifa pacar lo kalo lo lupa." Kata Alvian kesal.

"Bukan masalah dia siapa tapi dia ganggu ketenangan gue."

"Jadi kamu lebih tenang diganggu sama dia gitu?." Tunjuk Harifa pada Khalisa.

Pengunjung kantin mulai penasaran karena suara Harifa mulai meninggi.

"Berhenti bicara. Pergi."

"Yon bisa nggak sekali aja kamu ngertiin aku? Kamu bisa nggak sih sekali aja dengerin aku?. Aku capek Yon.

Ya udah kalo emang kamu mau aku pergi, aku bakal pergi kok."

Dengan cepat Harifa berlalu dari sana. Ia ingin sendiri. Ia butuh ketenangan.

"Lo keterlaluan bro. Gak seharusnya lo belain cewe lain didepan pacar lo sendiri. Wajar dia marah sama ni cewe. Ga tau diri sumpah."

Dengan tatapan datar Andra berlalu menyusul Harifa.

¤¤¤

Seakan memiliki ikatan batin Andra langsung bisa menebak kemana pergi nya Harifa. Taman belakang.

"Ga usah nangis. Ngapain sih lo nangisin hal tabu?."

"Please, gue pengen sendiri Ndra."

"Tapi gue mau nemenin lo disini, gimana dong?."

"Terserah. Gue malas debat sama lo."

Andra menghela nafas ketika melihat Harifa yang melamun.

"Sebagai teman yang baik lo bisa pinjam bahu gue."

AVOIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang