Part 11

78.6K 919 27
                                    

"Kamu disana hati-hati ya, tidur yang cukup, jangan sampe kecapean, teruss kalo sakit bilang sama kakak supaya kakak bisa kesana, atau anter kamu ke rumah sakit" ucap Airin setelah memeluk adik satu-satunya. Tak disangka waktu cepat berlalu dan sekarang Devina akan pergi dengan beberapa boks besar dan satu koper pakaiannya. 

Devina tersenyum "kak, kalo sibuk jangan maksain dateng, biar aku aja yang samperin. Ntar kalo aku kangen aku kabarin. Jangan lupa jaga kesehatan juga, minum vitamin." 

Airin mengangguk dengan cepat lalu mengelus kepala Devina. "Ga? gamau sampein sesuatu?" Angga yang telah selesai membantu mengangkat barang-barang Devina segera berdiri disamping Airin. 

"Semoga disana kerasan ya" ucapnya singkat, Ia dan Airin sengaja berangkat siang karena mereka harus mengantar kepergian Devina. Bahkan Airin pun menyusulkan agar Angga saja yang mengantar ketimbang mobil online, namun Devina segera menolak dengan alasan tidak mau merepotkan.

Devina  tersenyum "makasih kak udah diangkatin barangnya, yaudah aku pergi dulu ya. Daahhh" ia melambaikan tangan singkat lalu masuk kedalam mobil. Airin dan Angga pun tetap berada di depan rumah hingga akhirnya mobil menjauh tak terlihat dari kediaman Airin-Angga. 

******

Angga POV

Untuk pertama kalinya aku pulang cepat dikarenakan bos ingin aku istirahat atau sekedar santai-santai dirumah. Padahal aku sudah memaksa bosku untuk memberikan tugas, tapi dia nampaknya tidak mau dan malah mengusirku, dan sebab itulah sekarang aku berada dirumah pada jam 5 sore. 

Rumah tampak kosong, tentu saja kosong Airin pasti  masih sibuk di kantornya, kemarin ia sempat cerita bahwa ia sudah dapat reaksi positif dari kantor pusat bahwa ia akan dipindahkan sebagai manager produksi. Jadi sekarang ia pasti akan lebih sibuk karena harus berusaha lebih keras agar impiannya bisa cepat-cepat terwujud.

Aku selonjoran di sofa ruang keluarga, lalu teringat kejadian sofa ketika Devina terluka karena terjatuh ditangga. "haha" dia sungguh manis.

Sekarang aku jauh lebih sering memikirkan dirinya, ketika dia tertawa, berjalan, tersenyum, semuanya. Aku sempat bertanya ke Airin tentang alasan kenapa aku sama sekali tak mengingat wajah Devina. 

Ternyata dulu Devina memang tidak tinggal dengan keluarganya, ia tinggal dengan neneknya bersekolah pun disana, karena saat itu neneknya sakit-sakitan dan tidak mau tinggal di rumah anaknya. Saat pernikahan mereka pun  Devina mengalami demam tinggi sehingga ia tidak dapat menghadirinya, dan hanya bisa mengucapkan maaf dan selamat lewat video call. Namun Airin meyakini bahwa kadang Airin mengirim foto kami berdua sehingga adiknya tau siapa calon suaminya.

"aku juga kadang kasih liat foto Devina ke kamu kok" begitu ucapan Airin tempo hari. Anehnya aku lupa itu semua. Aku hanya ingat bahwa ia hanya punya adik, itu saja. 

Sekarang aku justru sangat khawatir setelah kejadian di kamar Devina, entah kenapa bingung dengan perasaan yang akhir-akhir ini kurasakan,  jika mengingat Devina sangatlah 'sakit?' namun juga disaat yang bersamaan menginginkan kehadiran nya, dan sekalian ingin meminta maaf dengan rasa penyesalan. Aku jujur sangat tidak menyukai ketika Devina tidak tersenyum, tidak tertawa, sakit, tidak nyaman, atau bahkan bersama teman laki-lakinya.

Astaga aku ini kenapa?

*****

Devina sekarang berada di alfamart. Tadi, setelah ia sampai dirumah barunya, ia segera membersihkan rumah,  membongkar dan menata barang-barangnya, mengeluarkan bajunya, menelfon papa mamanya, serta mengirim pesan ke kakaknya. 

Dan karena aktivitas itulah sekarang ia lapar dan sedang mengambil beberapa bungkus indomie goreng dan indomie rasa kari ayam kesukaanya. 

"Dev?" Devina menoleh ke arah sumber suara, kagetlah dia bahwa yang memanggilnya adalah sahabat kecilnya.

Hidden Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang